Sebuah penelitian melegakan soal vape baru-baru ini datang dari Inggris, pasalnya menggunakan vape jauh lebih aman dan mengandung sedikit risiko. Hal ini berdasarkan penelitian yang dipimpin King’s College London yang berkolaborasi dengan sejumlah grup internasional terpercaya.
Pemberitaan ini baru saja resmi diumumkan pemerintah Inggris, tepatnya oleh the Office for Health Improvement and Disparities dari Department of Health and Social Care yang sebelumnya digagas Public Health England melalui halaman resminya.
“Pernyataan tersebut jelas menjadi reaksi positif sekaligus jawaban tegas dari berbagai pertanyaan, serta kebingungan di masyarakat seputar rokok elektrik,” kata Hokkop Situngkir dari KONVO, asosiasi konsumen vape Indonesia dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (25/10/2022). Baca Juga: IECIE Jakarta Vape Show Kembangkan Industri Vape Indonesia
Dalam penelitian tersebut, fokus penelitian mereka didasarkan kepada bukti-bukti risiko kesehatan yang diakibatkan vaping termasuk yang kandungannya nikotin. Selain itu, tentunya tim peneliti membandingkan dampak vaping dengan rokok konvensional, hingga konsistensi penerapan metode standar yang bisa meningkatkan interpretasi bukti-bukti ke depannya. Adapun garis besar hasil penelitian yang membuat lega para pengguna rokok elektrik ini ada beberapa poin.
Dengan dasar hasil penelitian tersebut, secara umum, rokok elektrik jauh lebih aman jika dibandingkan dengan resiko merokok tembakau konvensional. Rokok vape secara signifikan tidak menonjolkan bahan dan material yang merusak maupun berbahaya.
Menurut para peneliti dari tim King’s College London itu, disebutkan bahwa vaping bahkan telah berhasil menurunkan minat merokok tembakau konvensional sekitar 65%. Angka pencapaian ini lebih baik dibandingkan niat berhenti merokok secara murni tanpa vape, yang mana keberhasilannya hanya di angka kisaran di bawah 59% saja.
Menurut Hokkop, hal ini kemungkinan terjadi karena orang belum bisa langsung berhenti total untuk quit smoking atau memang ternyata mereka menemukan sesuatu yang berbeda dari sensasi menggunakan vape. “Dengan berbagai bentuk device unik dan menarik, apalagi dengan beragam flavour yang menggoda, rasanya ini menjadi daya tarik lebih dari rokok elektrik,” jelas Hokkop.
Lebih lanjut, Para peneliti ini juga mengamati aspek-aspek yang berhubungan dengan kesehatan seperti risiko kanker, gangguan pada sistem jantung dan pembuluh darah, serta gangguan pada sistem pernapasan atau paru-paru. Dan ternyata tidak ditemukan efek langsung dari vape, yang mana jika mau dicari-cari pun, konon diperlukan riset yang lama dan berjangka panjang jika ingin mengusut tuntas efek rokok elektrik ini.
Terakhir, para peneliti di bawah dukungan the National Health Service Inggris itu, sempat menyodorkan proposal pembuatan resep kandungan nikotin untuk bahan rokok elektrik. Selain untuk mengurangi risiko kesehatan, resep ini juga dibuat sebagai legalitas kandungan nikotin di rokok elektrik sekaligus ditujukan bagi yang mau terapi quit smoking. Baca Juga: Pertama kali, Indonesia Jadi Tuan Rumah Pameran Vape Terbesar Se-Asia Tenggara
"Fakta bahwa rokok elektrik bisa menolong orang untuk berhenti merokok tembakau konvensional dengan bukti-bukti yang telah mereka dapatkan, dari pemerintah Inggris kita bisa belajar, saran pembuatan resep nikotin dalam vape sebagai bentuk kepedulian sebenarnya bisa diterapkan di sini,” tutur Hokkop.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: