Di sisi lain, potensi pemilih di Indonesia yang kemungkinan besar lebih banyak berasal dari Jawa, secara tidak langsung membuka peluang bagi Capres 2024. "Latar belakang Jawa itu akan sangat berpengaruh, tetapi faktor tersebut juga sangat ditentukan oleh bagaimana strategi dan inisiatif dari masing-masing calon mendapatkan dukungan suara," ujar pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Pribadi Kusman itu.
Baca Juga: 'Ganjar Itu Diinjak Lebih Dahulu agar Terbang Lebih Tinggi'
Menurutnya, jika kedua identitas itu ditempatkan pada satu kubu politik untuk mendapatkan dukungan, hal tersebut dapat menyelesaikan persoalan polarisasi sosial. "Apabila salah satu calon, misalnya dari artikulasi politik identitas A itu hanya kemudian merangkul wakil dari sesama kubu tersebut, maka tidak akan menambah dukungan politik. Tetapi kalau bisa cross identity, kemungkinan akan bisa perluas untuk menang dari calon tersebut," tuturnya.
Populi Center menyelenggarakan Survei Nasional mulai tanggal 9 hingga 17 Oktober 2022 dengan sampel responden tersebar secara proporsional di 34 provinsi di Indonesia. Adapun salah satu tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui penilaian masyarakat terhadap dinamika politik menjelang Pemilu tahun 2024.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum