Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Waduh! Generasi Baby Boomers Lebih Sering Sebar Hoaks

Waduh! Generasi Baby Boomers Lebih Sering Sebar Hoaks Kredit Foto: Vecteezy/icetrayimages794410
Warta Ekonomi, Jakarta -

Meminimalisasi penyebaran informasi palsu (hoax) di ruang digital menjadi tanggung jawab semua generasi. Kaum milenial dituntut lebih sabar mengedukasi orang lebih tua, sedangkan para baby boomers harus mau mendengarkan masukan yang lebih muda.

Studi terbaru dari Axios di AS menunjukkan generasi baby boomers (orang lahir tahun 1946 hingga tahun 1964) paling sering menyebarkan hoax. Penulis Buku Literasi Media dan Anggota Mafindo, Dedy Helsyanto mengatakan, permasalahan yang dihadapi serupa, yakni generasi baby boomers tidak mau mendengarkan masukan kaum milenial.

Baca Juga: Mau Boomer atau Milenial, Semua Generasi Diperlukan dalam Membentuk Budaya Digital!

“Kawan-kawan generasi milenial, ketika melakukan atau menginformasikan periksa fakta yang benar, dipermasalahkan terkait etika oleh generasi baby boomers. Pesannya tidak sampai,” kata Dedy saat webinar Makin Cakap Digital untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, pada Jumat (28/10/2022).

Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial.

Generasi milenial harus mampu menyampaikan pesan dengan baik. Sehingga para baby boomers mau mendengarkan. Korwil Mafindo, Astin Mey menjelaskan, memberikan masukan melalui pesan pribadi lebih mengena. Setiap individu bisa menjelaskan secara lengkap, termasuk menyertakan bukti atau sumber informasi yang benar.

“Kadang-kadang orang tua seperti itu, semuanya merasa lebih tahu, tidak boleh dikasih tahu seseuatu yang baru. Kalau kita langsung di grup, mereka terkadang seakan merasa direndahkan, merasa sebagai yang lebih tua seharusnya lebih pintar. Psikologis seperti ini tetap harus dijaga,” kata Astin.

Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital.

Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi.

Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Korwil Mafindo, Astin Mey. Kemudian Ketua Relawan TIK Surabaya, Muhajir Sulthonul Aziz, S.Kom, M.I.Kom, serta mengundang Penulis Buku Literasi Media dan Anggota Mafindo, Dedy Helsyanto.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital 2022 hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi, bisa klik ke Instagram @siberkreasi dan @literasidigitalkominfo.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: