Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

PHKT Bawa Kersik Kian Resik, Prangat Baru Makin Maju Berkat Kapak Prabu

PHKT Bawa Kersik Kian Resik, Prangat Baru Makin Maju Berkat Kapak Prabu Anjungan lepas pantai, PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI). | Kredit Foto: Pertamina Hulu Indonesia

Jumadi berharap ke depan Kersik menjadi desa wisata segera terwujud. Apalagi Desa Kersik menerima Penghargaan Sertifikat Progam Kampung Iklim (Proklim) Utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada  Selasa, 25 Oktober.

Desa Kersik terpilih jadi penerima Penghargaan Proklim Utama karena mampu melaksanakan kegiatan pengelolaan lingkungan sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Salah satunya adalah dengan  pengelolaan sampah, pembinaan bank sampah, dan manajemen bank sampah. 

Tak hanya pesisir pantai di Desa Krisik yang jadi binaan. PHKT DOBU pun menyasar warga yang berada di hutan untuk diberdayakan. Salah satunya adalah Program Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru (Kapak Prabu) di Kecamatan Marangkayu, Kukar. Pengembangan kopi luwak liberika oleh Kapak Prabu dirintis pada 2020 dan pertama kali  dan satu-satunya di Kalimantan Timur. 

Rindoni, Ketua Kelompok Tani Kopi Prabu, mengatakan saat ini kopi yang diproduksi terbatas karena berasal dari bibit yang ditanam pada lahan seluas 2 hektare pada 2020 sebanyak 1.000 bibit. Padahal seiring dengan publikasi yang masif, permintaan terhadap Kopi Prabu saat ini cukup besar.

“Kami menargetkan panen bisa dimulai pada 2023. Panen itu biasanya bulan dua dan bulan empat. Tak banyak memang,” kata Rindoni saat ditemui di Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru, Selasa (2/11).

Hingga 2022, Kapak Prabu  telah melakukan penanaman 13.560 bibit kopi liberika pada lahan seluas 27 hektare. Selain milik Rindoni, ada pula lahan 24 anggota kelompok Kopi Prabu lain. Itu belum termasuk puluhan warga dari dua desa tetangga Prangat Baru yang ikut bergabung. 

“Nantinya, melalui program Kapak Prabu, tidak hanya menghasilkan nilai tambah ekonomi melalui penjualan kopi, tapi memberikan kontribusi serapan karbon 266,5 ton C02 dan pelepasan 416 ton gas 02,” kata Rindoni.

Menurut dia, PHKT DOBU telah melakukan pendampingan dan bimbingan dalam usaha kopi melalui program Kampung Kopi. Sejumlah pelatihan dilakukan, mulai dari tata cara pembibitan, menjaga agar kopi berbuah dengan baik, cara panen yang benar, tata cara pengolahan dan penyajian kopi, hingga membuat kemasan yang menarik. Kini petani dapat mengelola kebun kopi dengan baik.

“Khusus untuk menjaga kualitas tanah yang baik, kelompok tani belajar bagaimana menjaga dan menambah kesuburan tanah kebun dengan kompos, yang dibantu oleh Santan Terminal PHKT,” katnaya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: