Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mencapai Keberlanjutan dengan Penangkapan, Pemanfaatan, dan Penyimpanan Karbon (CCUS)

Mencapai Keberlanjutan dengan Penangkapan, Pemanfaatan, dan Penyimpanan Karbon (CCUS) Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Asia mengalami April terpanas pada tahun 2022 ini. Pada bulan Juli, gelombang panas di musim panas melanda Eropa dengan banyak perhatian terpusat pada Inggris. Saat pemanasan global mempercepat pencairan gunung es di Kutub Utara dan Antartika, kenaikan permukaan laut merupakan ancaman lingkungan bagi wilayah pesisir dan pulau-pulau di Asia. Kedua ancaman ini akan makin berdampak pada perekonomian Asia, seiring dengan meningkatnya kebutuhan listrik untuk mendukung kebutuhan AC, serta biaya infrastruktur untuk melindungi kota-kota pesisir, dan kawasan pertanian.

Sebagai metode penting dalam mencapai hingga 20% dari pengurangan karbon yang diperlukan secara global, carbon capture (penangkapan karbon) dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama, penangkapan karbon pada sumbernya dengan menghilangkan CO2 melalui proses pengolahan kimia, dari pembangkit listrik dan gas buang. Sementara, penangkapan karbon dari udara langsung (DAC) menghilangkan CO2 yang ada di atmosfer dengan memindahkan udara dalam jumlah besar melalui sistem pemisahan. Di kedua pendekatan tersebut, karbon harus disimpan melalui penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS); atau dimanfaatkan melalui penangkapan dan pemanfaatan karbon (CCU).

Baca Juga: PLN Klaim Berhasil Reduksi 32 Metrik Ton Emisi Karbon pada 2022

Dalam kedua pendekatan, energi yang cukup besar (biasanya terbarukan) diperlukan untuk mencapai hasil penangkapan karbon. Oleh karena itu, solusi teknologi digital sangat penting dalam mengoptimalkan dan meningkatkan ekonomi CCS dan CCUS.

Keharusan ekonomi yang mendorong

Mitigasi karbon menjadi perhatian utama bagi perusahaan energi, seperti Petronas, Pertamina, PTT, Sinopec, dan sebagian besar pemain energi utama Asia lainnya, yang telah mengumumkan target keberlanjutan. Pemangku kepentingan utama juga telah menyuarakan urgensi untuk mencapai emisi nol karbon bersih. Aturan pengungkapan SEC yang diusulkan tentang risiko perubahan iklim untuk perusahaan publik Amerika Serikat, persyaratan Kesepakatan Hijau Eropa yang ketat untuk pengurangan emisi, dan tuntutan dari komunitas investasi, dan pelobi lingkungan untuk pelaporan yang dapat diaudit makin mempercepat penyebab ini.

Faktor ekonomi utama terletak pada penetapan harga pajak karbon, kredit karbon, dan penggantian kerugian karbon. Penetapan harga ini mematok penghapusan karbon dioksida dari emisi yang ditangkap dan disimpan–di Eropa, sekitar US$75 per ton CO2 dan khususnya, pajak karbon juga naik. Baru-baru ini, kesepakatan kredit karbon yang disepakati, oleh Airbus, Microsoft, dan lainnya telah mengubah arah untuk mematok harga CO2 yang dikeluarkan dari udara dan disimpan dengan aman–lebih dari US$100 per ton. Tingkat penetapan harga ini membuat proyek menarik.

Inovasi tingkat lanjut dapat mengurangi biaya penangkapan karbon. Penangkapan karbon diperlukan untuk mencapai komitmen sementara dunia bertransisi ke sumber energi bebas karbon. Namun, teknologi penangkapan langsung dari udara/direct air capture (DAC) muncul sebagai solusi jangka panjang untuk menghilangkan peningkatan kadar CO2 yang terakumulasi di atmosfer saat ini. DAC membantu perusahaan yang tertinggal di area dekarbonisasi menangani emisi yang sulit dikurangi dari industri seperti baja, semen, transportasi udara, dan pertanian, yang karena ketergantungan industri ini pada panas tinggi (misalnya dalam peleburan baja) atau kebutuhan bahan bakar terkonsentrasi (transportasi udara).

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: