Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Depan Ratusan Mahasiswa UNPAD, Bedi Budiman Ajak Generasi Muda Kritis dan Miliki Kesadaran Politik

Di Depan Ratusan Mahasiswa UNPAD, Bedi Budiman Ajak Generasi Muda Kritis dan Miliki Kesadaran Politik Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Sumedang -

Ketua Komisi I DPRD Provinsi Jawa Barat Bedi Budiman mendorong generasi muda agar tidak alergi terhadap politik. Ia mengajak anak-anak muda untuk memiliki kesadaran berpolitik.

"Saya mengajak generasi muda agar memiliki kesadaran politik, terutama kaum intelektual seperti para mahasiswa yang mempelajari secara keilmuan," kata Bedi saat menjadi narasumber dalam diskusi yang diinisiasi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik di Gedung FISIP Universitas Padjadjaran (Unpad) Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21, Jatinangor, Selasa (15/11/2022).

Baca Juga: Pertemuannya dengan Anies Baswedan adalah Langkah Gibran Rakabuming Persiapkan Kekuatan Politik Tanpa Sang Ayah

Dalam diskusi politik tersebut hadir Dekan FISIP Unpad Widya Setiabudi Sumadinata, serta narasumber lainnya, di antaranya Ketua KPUD Provinsi Jawa Barat, Kepala Bakesbangpol Provinsi Jawa Barat Iip Hidayat, dan Direktur Eksekutif Indonesian Politics Research and Consulting (IPRC), Firman Manan. 

Di hadapan ratusan mahasiswa FISIP Universitas Padjadjaran yang menjadi peserta diskusi, Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan generasi muda harus memiliki idealisme sebagai energi untuk membangun motivasi dan daya juang dalam kiprahnya untuk turut membangun negeri.

Pengetahuan tentang kepartaian dan tata kelola pemerintahan menjadi bagian pengetahuan penting, khususnya bagi Mahasiswa FISIP. 

Baca Juga: Menkes Tetapkan RSGM Unpad Jadi Rumah Sakit Pendidikan

Bedi mengingatkan bagaimana Bung Karno mendirikan PNI 1927 sebagai alat mempersatukan bangsa dan mengusir penjajah, demikian halnya saat ini Partai sangat diperlukan sebagai perwujudan dari demokrasi politik.

"Contohnya di PDI Perjuangan, kami memiliki sistem pendidikan partai mulai dari tingkat pratama, muda hingga madya kemudian filosofi sejarah, ideologi sampai pada ketrampilan praktis, public speaking, pemetaan politik dan tata kelola  partai yang baik. Hal ini dilakukan semata-mata agar partai mampu menghasilkan SDM manusia yang siap untuk mengelola pemerintahan. Dalam persiapan regenerasi ini dilakukan tentu membutuhkan anak-anak muda yang kritis dan potensial," jelasnya.

Dia menegaskan partai politik harus dilandasi dengan idealisme, perangkat nilai, tata kelola partai yang baik (kaderisasi) serta pagar norma-norma.

"Bila tidak memiliki itu semua, maka partai hanyalah sekumpulan orang tanpa arah. Hanya kerumunan kepentingan yang tidak memiliki keberpihakan pada masyarakat," katanya.

Baca Juga: Curhat Fahri Hamzah Soal PT 20 Persen: Setengah Mati Bikin Parpol Sampai Masuk Keluar Rumah, Nggak Boleh Punya Calon!

Bedi juga menyinggung soal disrupsi teknologi atau perubahan fundamental akibat perkembangan sistem teknologi digital. Dampaknya, kata dia, seorang individu yang hanya bermodal peranti medsos bisa lebih populer dari tokoh partai.

"Karena populer, maka banyak partai yang meminang individu ini dengan harapan dapat mendongkrak suara partai dan juga merengkuh ceruk pemilih yang belum tersentuh. Saya kira ini satu fenomena baru yang harus disikapi oleh parpol, yakni bagian dari demokrasi melalui medsos," jelasnya.

Baca Juga: Kerap Wara-wiri di Acara Ultah Parpol, Jokowi Dipastikan Tidak Hadiri HUT Ke-11 Partai NasDem, Hmm.. Apa Kata Anak Buah Surya Paloh?

Bedi juga mengingatkan jelang Pemilu 2024 generasi muda harus turut berpartisipasi menciptakan situasi kondusif. Pasalnya, melihat dari Pemilu 2019 lalu polarisasi dalam kontestasi politik tak bisa dihindari dan fenomena ini muncul pada Pemilihan Presiden yang mempertemukan pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin dengan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. 

"Bisa saja terjadi kembali polarisasi dalam masyarakat mengingat pada Pilpres 2024 mungkin terjadi lagi pertarungan head to head antara 2 pasangan calon. Nah, ini harus kita jaga bersama, jangan sampai ada yang menunggangi dan menyerang sendi-sendi negara atau kebhinekaan kita (SARA) hanya demi konten misalnya. Itu adalah hal sensitif karena Indonesia adalah bangsa yang plural dan majemuk," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: