Menurutnya, saat ini potensi hulu migas masih menjanjikan, karena dari 128 cekungan yang sudah berproduksi 20 cekungan. Dengan potensi yang ada serta terus meningkatnya kebutuhan migas nasional, maka dalam rencana dan strategi Indonesia Oil & Gas 4.0, ditargetkan di tahun 2030 produksi minyak meningkat menjadi 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD)
“Tekad meningkatkan produksi migas nasional tentu tidak mudah, karena potensi migas mulai bergeser ke laut dalam dan kawasan timur Indonesia yang masih kurang infrastrukturnya, serta mulai bergeraknya perusahaan migas ke arah energi terbarukan (renewable energy) sehingga investasi di hulu migas menjadi semakin ketat," ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto menyebut bahwa minyak dunia adalah hal yang tidak bisa dikendalikan harga dan volatilitasnya, tidak ada yang bisa menahan dan menentukan harga minyak dunia.
“Tidak satu negarapun bahkan negara yang tergabung dalam OPEC tidak bisa menentukan dan menetapkan harga. Ditambah ancaman terhadap pasokan energi seperti sabotase, aksi peretasan melalui ransomware dan lainnya turut memberikan ketidakpastian terhadap keamanan minyak bagi suatu negara. Serangan ransomware ke Pertamina hingga saat ini terus terjadi," ujar Andi.
Andi mengatakan batu bara menjadi penyelamat Indonesia saat krisis energi disaat negara kita harus meningkatkan anggaran untuk impor minyak yang produksinya masih dibawah kebutuhan.
"Namun seiring komitmen terhadap energi bersih, maka kedepan batubara menjadi tidak bisa diandalkan," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti