Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ungkit Konflik Amerika dan China, DPR Terkesima Sama Kinerja Jokowi: G20 Tahun Ini Paling Keras!

Ungkit Konflik Amerika dan China, DPR Terkesima Sama Kinerja Jokowi: G20 Tahun Ini Paling Keras! Kredit Foto: Antara/Media Center G20 Indonesia/Aditya Pradana Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengapresiasi pemerintah yang berhasil menggelar forum berskala internasional G20 Indonesia di Bali. Apresiasi tersebut dinilai perlu, sebab gelaran event internasional tersebut dinilai sukses besar.

Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Golkar Mukhamad Misbakhun mengungkap bahwa Indonesia mampu menggelar G20 dengan damai dan tenang ditengah-tengah kemelut geopolitik internasional. Dia menilai, gelaran G20 tahun ini merupakan yang paling keras sebab isu dan substansi pembahasan yang di luar dugaan.

Baca Juga: Habis Diterpa Isu Temui Anak Jokowi, Manuver Anies Baswedan Diam-diam Disabotase Lagi: Pengecut...

"Dengan sangat sukses karena di tengah-tengah tarikan-tarikan geopolitik yang sangat keras. Dalam sejarahnya G20, ini adalah G20 paling keras dalam segala permasalahan, dalam segala substansinya," kata Misbhakun dalam diskusi Dampak KTT G20 dan B20 Bagi Ekonomi Indonesia dan Dunia di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (17/11/22).

Pada G20 tahun ini, Misbhakun Mengatakan bahwa permasalahan yang dibahas bukan hanya tentang persoalan ekonomi semata sebagaimana sebelumnya diprediksikan melalui perang dagang antara China dan Amerika. Misbhakun mengatakan bahwa hal tersebut terbantah pada saat terjadinya krisis yang dipicu oleh pandemi Covid-19 di awal tahun 2020 dan perang antara Ukraina dan Rusia di tahun 2022.

"Ketika dua dampak dari perang dan pandemi itu ujungnya itu adalah menyangkut keadilan sosial masyarakat, situasi global yang tidak bisa stabil dan kemudian memberikan ancaman kepada eksistensi perdamaian dunia yang berdampak secara langsung terhadap tingkat kesejahteraan manusia," jelasnya.

Dia juga menilai bahwa kesejahteraan tersebut mengerucut pada harga pangan dan energi yang mengalami kenaikan harga. Tidak hanya itu, dia juga menyebut bahwa terjadi pula kesulitan dalam mengakses energi dan pangan yang berakibat pada kesejahteraan masyarakat global.

Baca Juga: Gibran Anaknya Jokowi Lakukan Manuver yang Nggak Main-main dengan Menemui Banyak Tokoh, Nyagub di DKI Jakarta?

"Harga energi yang mahal dan harga pangan yang mahal bahkan bukan cuma mahal tetapi akses untuk mendapatkannya juga menjadi sangat terbatas. Pangan menjadi alat perang energi menjadi alat perang. Alat apa? Yaitu Senjata perang untuk melakukan bargaining," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Hidayat
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: