Sementara untuk pabrik di Cilegon, Banten, Bungasari memiliki sejumlah proyek industri ramah lingkungan melalui program Waste Heat Conversion dan proses Sertifikasi Industri Hijau yang merupakan program dari Kementerian Perindustrian yang mengarahkan perusahaan agar lebih efisien dalam menggunakan sumber daya alam, bahan baku, energi, dan air.
Turut hadir dalam rangkaian acara peresmian dan peluncuran "Bungasari Hijau Untuk Negeri" pada PLTS Atap Bungasari Medan ini, Presiden Komisaris PT Bungasari Flour Mills Indonesia Grant Lutz, Owner dan Founder FKS Group Edy Kusuma, Managing Director Malaya Flour Mills Teh Wee Chye, Director Toyota Tshuso Shigeharu Kato, Wakil Bupati Deli Serdang HM Ali Yusuf Siregar, dan Kepala Bidang ESDM Sumut Neftiana Awalia Sitepu.
Peresmian dan peluncuran ditandai dengan penekanan tombol digital secara serempak di pabrik Bungasari di Kawasan Industri Medan 4, Medan, Sumut.
Upaya Bungasari yang berorientasikan industri hijau di Medan ini bermula dengan menggandeng PT Xurya Daya Indonesia --sebuah startup nasional penyedia jasa pembangunan PLTS atap guna mengoptimalkan program ramah lingkungan, dengan memanfaatkan energi terbarukan.
Dengan beroperasinya proyek PLTS atap ini, BUNGASARI akan memproduksi sendiri energi listrik untuk kebutuhan pabriknya di Medan, dengan sumber tenaga surya sebesar 2.940.819 kilowatt-hour (kWh) per tahun atau setara dengan penghematan pengeluaran hingga Rp3 milyar per tahun.
Produksi energi listrik bersih tersebut juga setara dengan pengurangan karbon dioksida sejumlah 68.668.113 kg atau konsumsi listrik untuk 46,969 rumah atau green house gas (22.261.996 liter).
Selain itu, dengan pemanfaatan sinar matahari sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, BUNGASARI juga melakukan penghematan yang sebanding dengan penghematan emisi atas 14.704 kendaraan roda empat.
Kemudian mendorong ekonomi hijau dengan perbandingan penanaman pohon sejumlah 881.414 pohon.
Di lain sisi, PLTS Atap BUNGASARI Medan memperkuat transisi menuju energi berkelanjutan, yang merupakan satu di antara tiga isu priroritas dari Presidensi Indonesia pada G20.
Penggunaan energi terbarukan ini diharapkan akan mengatasi ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas serta menopang industri pangan Indonesia yang berorientasikan industri hijau.
Selain menjalankan program EBT, Bungasari juga melakukan pemanfaatan energi gas buang yang bersumber dari gas engine di pabrik Cilegon.
Proyek ini akan memberikan manfaat penghematan energi listrik sejumlah 824.000 kWh per tahun atau kira-kira setara dengan jejak karbon (carbon foot-print) sejumlah 570 ton karbon dioksida per tahun.
Bagi Bungasari, program-program ini semakin mengukuhkan komitmennya terhadap pembangunan masa depan hijau dan berperspektif iklim.
"Di sisi lain, melalui pemanfaatan gas buang selama setahun, Bungasari dapat menghemat mencapai Rp3,15 milyar,” demikian Budianto.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: