Washington Klaim Para Sekutu NATO Terang-terangan Tebar Ancaman ke Pasukan Amerika
Militer Amerika Serikat mengatakan bahwa serangan udara Turki baru-baru ini di Suriah “mengancam keselamatan” tentara Amerika, yang masih secara ilegal menduduki sebagian negara itu. Dilansir RT, sebuah pernyataan mengklaim bahwa eskalasi lebih lanjut dapat membahayakan tujuan Amerika.
Pentagon menambahkan bahwa pihaknya "sangat prihatin" dengan meningkatnya permusuhan di Suriah, Irak, dan Turkiye, mencatat bahwa serangan Ankara terhadap faksi milisi Kurdi awal pekan ini berisiko melukai pasukan AS yang ditempatkan dalam jarak dekat.
Baca Juga: Adik Kim Jong Un Samakan Amerika dengan Anjing yang Cuma Bisa Menggonggong Saat Ketakutan
“Serangan udara baru-baru ini di Suriah secara langsung mengancam keselamatan personel AS yang bekerja di Suriah dengan mitra lokal untuk mengalahkan ISIS dan mempertahankan tahanan lebih dari sepuluh ribu tahanan ISIS,” kata sekretaris pers Pentagon Patrick Ryder, menambahkan bahwa “Eskalasi ini mengancam Koalisi Global untuk Mengalahkan kemajuan ISIS selama bertahun-tahun.”
Hanya satu hari sebelumnya, Gedung Putih menyuarakan dukungan untuk operasi 'Cakar-Pedang' Turkiye yang sedang berlangsung di Suriah, dengan juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan Ankara menghadapi "ancaman teroris yang sah" dari beberapa kelompok Kurdi dan memiliki "hak" untuk membela diri.
Namun, dukungan tersebut agak enggan, karena Kirby menyarankan misi tersebut dapat "memaksa reaksi" dari pejuang Kurdi yang didukung AS, yang mungkin "membatasi kemampuan mereka untuk melanjutkan perang melawan ISIS."
Meskipun Pentagon terus mengakui "kekhawatiran keamanan yang sah" dari Ankara pada Rabu (23/11/2022), Pentagon juga memperingatkan tentang "aksi militer yang tidak terkoordinasi" di Irak --yang, seperti Suriah, berbatasan dengan Turkiye-- dengan mengatakan tindakan itu merusak kedaulatan Baghdad.
Ia mendesak "de-eskalasi segera" di wilayah tersebut untuk "memastikan keselamatan dan keamanan personel di lapangan."
Lebih dari 900 tentara Amerika tetap berada di Suriah, tujuh tahun setelah mantan presiden Barack Obama pertama kali menyetujui pengerahan yang di bawah Donald Trump secara terbuka berubah menjadi operasi untuk "mengamankan ladang minyak".
Pasukan AS ditempatkan di samping milisi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didominasi Kurdi, yang telah lama menjadi mitra utama Washington di lapangan, meskipun Damaskus berulang kali keberatan, yang menuntut diakhirinya kehadiran pasukan AS yang tidak sah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto