Kinerja ekspor masih menjadi motor penggerak ekonomi utama Sumut. Hal ini juga turut ditopang oleh tetap kuatnya permintaan domestik, khususnya investasi sejalan dengan masih berlangsungnya akselerasi pembangunan berbagai proyek strategis.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara (BI Sumut), Doddy Zulverdi, menyampaikan, sebagian besar sektor utama seperti perdagangan, industri, dan transportasi juga mencatatkan akselerasi.
Baca Juga: Nilai Ekspor Sawit September Turun 31%
"Tetap kuatnya ekonomi di Sumut ini tercermin dari beberapa indikator ekonomi terkini. Aktivitas perdagangan dan dunia usaha terus meningkat tercermin dari peningkatan Indeks Penjualan Riil. Mobilitas yang tinggi juga tercermin dari perkembangan penumpang angkutan udara yang terus meningkat," katanya, Jumat (25/11/2022).
Di sisi lain, masih tingginya ekspektasi inflasi berisiko menahan aktivitas konsumsi masyarakat. Kinerja ekspor diprakirakan sedikit tertahan sejalan dengan termoderasinya harga komoditas utama.
"Sementara itu, hasil liaison BI mengonfirmasi adanya peningkatan permintaan ekspor, sedangkan permintaan domestik cenderung menurun di tengah kenaikan biaya bahan baku. Intermediasi perbankan pun terindikasi meningkat. Intermediasi Perbankan tercermin dari nilai LDR (Loan to Deposit Ratio) di mana pada Oktober 2022 yang mencapai 84,6% (yoy)," ujarnya.
Hal ini didukung oleh pertumbuhan kredit Rumah Tangga yang tumbuh menjadi 7,50% (yoy) dan kredit UMKM yang tumbuh 16,83% (yoy) pada Oktober 2022.
"Di sisi lain, kinerja kredit korporasi melambat dari triwulan III 2022 dengan pertumbuhan sebesar 14,1% (yoy) menjadi 8,1% (yoy). Sementara itu, kredit perbankan relatif terjaga yang terlihat dari stabilnya NPL pada Oktober 2022 sebesar 2,46%, yakni dalam batas wajar di bawah 5%," katanya.
Dari sisi kredit, kredit modal kerja dan kredit konsumsi mencatat perbaikan risiko kredit, sementara kredit investasi risiko kreditnya meningkat meski masih dalam batas wajar. "Hal ini diperkirakan sejalan dengan upaya perbaikan kualitas kredit pada debitur terdampak Covid-19 yang dilakukan oleh Pemerintah melalui restrukturisasi kredit tercatat yang mencapai -26% (yoy) pada Oktober 2022," tukasnya.
Ia menambahkan, perekonomian Sumut tahun 2022 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2021 dengan rentang proyeksi 4,1%-4,9% (yoy). Kian pulihnya mobilitas dan membaiknya daya beli akan mendorong konsumsi masyarakat.
"Tingginya harga komoditas utama pada semester pertama serta berlanjutnya program PEN juga diprakirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2022 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya," katanya.
Namun demikian, terus berlanjutnya konflik geopolitik yang berisiko melanjutkan gangguan rantai pasok dan permintaan dari negara mitra dagang serta perkembangan ekonomi global yang diwarnai inflasi yang tinggi menjadi risiko yang dapat menahan pertumbuhan lebih lanjutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: