Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Politisi Tangguh Itu Akhirnya Terpilih Menjadi PM Malaysia di Usia 75 Tahun

Oleh: Achmad Nur Hidayat, Pakar Kebijakan Publik

Politisi Tangguh Itu Akhirnya Terpilih Menjadi PM Malaysia di Usia 75 Tahun Kredit Foto: Reuters/Departemen Penerangan Malaysia/Wazari Wazir
Warta Ekonomi, Jakarta -

Politisi senior Malaysia yang juga dikenal sebagai tokoh oposisi, Anwar Ibrahim, akhirnya resmi ditunjuk sebagai Perdana Menteri ke-10 pada Kamis (24/11/2022). Anwar dilantik sebagai perdana menteri pada usia 75 tahun. 

Anwar dilantik menjadi PM Malaysia oleh Raja Al-Sultan Abdullah dari Pahang. Anwar dilantik menjadi PM Malaysia dalam situasi ketidakstabilan politik yang terjadi empat tahun ini.

Baca Juga: Anwar Ibrahim: Seruan Mosi Percaya di Sesi Parlemen Lanjutan Akan Dilakukan

Pakar kebijakan publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat melihat pria berusia 75 tahun itu memiliki rekam jejak politik yang panjang.

"Mulai dari dipercayakan sebagai menteri, menjadi sosok terkuat untuk menggantikan Mahathir Mohamad sebagai perdana menteri di era 1990-an, bolak-balik masuk penjara, terjerat kasus korupsi dan sodomi, serta rentetan peristiwa lainnya yang menghebohkan rakyat Malaysia," kata Achmad.

Lahir pada 10 Agustus 1947, Anwar pertama kali bergabung dengan partai berkuasa di Malaysia sejak merdeka dari Inggris, yakni United Malays National Organization (UMNO) pada 1982. Beberapa waktu kemudian, Anwar bergabung dengan koalisi UMNO yang juga mendominasi politik Malaysia, Barisan Nasional (BN).

Selama periode 1983-1991, Anwar menduduki jabatan sebagai menteri di berbagai bidang.

Mulai dari Menteri Pemuda, Olahraga, dan Kebudayaan; Menteri Pertanian; Menteri Pendidikan; hingga Menteri Keuangan. Pada 1993, ia ditunjuk sebagai Wakil Perdana Menteri Mahathir Mohamad yang kala itu sedang menjabat. Di tahun yang sama, Anwar membentuk sebuah partai reformis yang dinamakan Parti Keadilan Nasional.

Berkat prestasinya dan sukses menjadi tangan kanan Mahathir, ketika Krisis Keuangan Asia (Asian Financial Crisis) melanda pada 1997, Anwar dipercayakan untuk menjadi perwakilan Malaysia dalam menangani krisis tersebut. Tetapi, pada 2 September 1998 Anwar dipecat oleh Mahathir atas tuduhan korupsi dan sodomi.

Achmad menilai, ada sejumlah tantangan berat yang akan dihadapi Anwar Ibrahim, menurut pengamatannya.

1. Berbagi Kekuatan Politik 

Anwar Ibrahim harus dapat berbagi kekuatan politik dalam kabinet yang dibentuknya. Masing-masing kekuatan politik di Malaysia mesti dia beri peranan. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: