Kantor Nasdem di Aceh Ditimpuki Telur Busuk dan Kaus Kaki, Demokrat Kepanasan: Pengecut!
Menanggapi aksi pelemparan telur busuk dan kaus kaki di kantor DWP Partai NasDem Aceh, Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani menilai bahwa tindakan tersebut dilakukan oleh pihak yang sengaja ingin menjegal konsolidasi politik.
Kamhar menilai bahwa upaya penjegalan tidak hanya terjadi melalui pelemparan telur dan kaus kaki di kantor DWP Nasdem, tetapi juga pengurusan perizinan safari politik Anies Baswedan yang sempat terkendala sebelumnya.
"Ini tindakan pengecut dan tak bertanggung jawab dari pihak-pihak yang tak menghendaki dan ketakutan akan kuatnya arus perubahan. Ini bukan gaya politik Aceh, bukan pula gaya politik masyarakat Indonesia diberbagai daerah lainnya dalam merespon perbedaan politik," kata Kamhar dalam keterangannya, Sabtu (3/12/22).
Baca Juga: Gara-Gara Ini NasDem Maju Kena, Mundur Kena! Jhon Sitorus Sindir Telak: Repot Sendiri Kan?!
"Berbagai cara dilakukan untuk menjegal aspirasi dan konsolidasi politik untuk perubahan, mulai dari persoalan perizinan dan kini aksi teror berupa pelemparan," papar Kamhar.
Kamhar menilai, rentetan penjegalan Anies Baswedan bukanlah gaya berpolitik Aceh. Pun demikian pula dengan gaya berpolitik Indonesia itu sendiri. Dia menyebut bahwa sebelumnya, kontestasi politik tidak pernah melakukan praktik serendah dan sehina itu.
Dia menuturkan, dari narasi fitnah dan hoax yang menolak tawaran perubahan, hingga aksi fisik yang berpotensi menimbulkan gesekan fisik, telah dialami demokrasi Indonesia saat ini. Dia juga meminta agar masyarakat tidak terpancing dengan kejadian tersebut.
"Bukan tidak mungkin ada kekuatan yang ingin membenturkan sesama masyarakat agar terjadi kekacauan yang bisa menjadi pintu masuk untuk penundaan pemilu. Jangan sampai itu terjadi. Masyarakat harus melakukan kontrol demokrasi atas kekuasaan," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Hidayat
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty