Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perusahaan Transportasi dan Logistik Online Kena Badai 'Musim Dingin', Begini Analisis INDEF

Perusahaan Transportasi dan Logistik Online Kena Badai 'Musim Dingin', Begini Analisis INDEF Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan transportasi dan logistik digital tak terlepas dari imbas krisis perekonomian global. Hal ini tercermin pada PT Goto Gojek Tokopedia Tbk atau GoTo yang melakukan PHK terhadap 1.300 karyawannya pada pertengahan November lalu.

Selain itu, saham GoTo juga turun tajam hingga ke batas level penurunan paling bawah dalam sehari atau auto reject bawah (ARB). Mengutip data RTI, Rabu (7/12/2022), saham GoTo turun 8 poin atau 6,96% ke level Rp107.

Tak hanya GoTo, badai 'musim dingin' juga berpotensi berdampak pada perusahaan transportasi dan logistik digital lainnya.

Baca Juga: Banyak Startup Lakukan PHK, Pandu Sjahrir Beberkan Faktor Penyebabnya

"Ekonomi digital di sektor transportasi dan logistik mulai naik sejak tren ojol pada 4-5 tahun lalu. Ini juga ditandai dengan perusahaan transportasi dan logistik yang mulai melantai di bursa. Meski begitu, mereka mulai memasuki musim dingin atau penurunan. Ini isu besar," kata Tauhid Ahmad, Direktur Eksekutif Insitute for Development of Economics and Finance (INDEF), dalam diskusi virtual, Rabu (7/12/2022).

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Program INDEF Esther Sri Astuti menjelaskan badai musim dingin tersebut bermula dari berbagai faktor krisis ekonomi global, seperti pandemi, inflasi, hingga perang Rusia-Ukraina yang akhirnya berdampak pada krisis pangan dan energi.

"Sementara energi ini tentunya akan berdampak pada industri transportasi dan logistik," jelas Esther.

Terlebih, kenaikan inflasi menyebabkan Bank Indonesia (BI) mau tak mau menaikkan suku bunga sebagai langkah pengendali instrumen moneter. Akibatnya, nilai kredit perbankan meningkat. Peningkatan ini berpengaruh pada investasi, termasuk bagi industri transportasi dan logistik.

"Sehingga salah satu cara menekan efisiensi itu pilihannya adalah layoff [karyawan]," imbuhnya.

Esther merekomendasikan agar perusahaan transportasi dan logistik untuk tak hanya bergantung dengan pembiayaan dari perbankan. Ia mencontohkan Jepang mendiversifikasi permodalan seperti dari obligasi hingga surat utang yang bunganya lebih rendah dengan jangka waktu lebih panjang.

"Sementara di Indonesia, memang perbankan ini sangat dominan. Dan kita tahu perbankan itu dananya jangka pendek. Jadi, venture capital harus digalakkan, equity crowdfunding juga mulai diaktifkan, serta regulasi perlu dikukuhkan," paparnya. Jadi, alternatif pembiayaan tak hanya lewat perbankan, tapi bisa lewat banyak channel. Sehingga ketika ada krisis global, kenaikan suku bunga itu tidak berdampak terlalu serius bagi industri Indonesia."

Tak hanya itu, Peneliti INDEF Izzuddin Al Farras Adha menyarankan para pelaku usaha perlu membangun strategi bisnis yang lebih berkelanjutan. Caranya yaitu dengan melakukan perbaikan tata kelola, melakukan inovasi pada layanan dan produk, hingga perbaikan data dan infrastruktur.

"Ini juga perlu didorong oleh berbagai pihak lain, seperti pemerintah dengan membangun regulasi yang dapat mendukung industri ke depan. Kita juga bisa mendorong ekosistem dan infrastruktur digital sehingga bisa menikmati transformasi digital yang lebih inklusif," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: