Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

PT Pertamina EP Field Limau Terapkan Green Leadership dan Pengembangan Masyarakat

PT Pertamina EP Field Limau Terapkan Green Leadership dan Pengembangan Masyarakat Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina EP Field Limau yang merupakan bagian dari Region 1-Sumatera PT Pertamina Hulu Rokan berkomitmen menerapkan 'green leadership' dan menjadikan Pertamina sebagai perusahaan di sektor hulu migas yang berorientasi terhadap kelestarian lingkungan, serta memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan di sekitar wilayah kerja operasi perusahaan.

"Pertamina memiliki misi melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan untuk pengembangan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Perusahaan juga harus bisa menciptakan hubungan yang harmonis, iklim sosial dan usaha yang kondusif serta berkesinambungan untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan," kata General Manager Zona 4 Region 1-Sumatera Pertamina Hulu Rokan (PHR) Agus Amperanto.

Agus menilai, dengan prinsip green leadership, deretan persoalan yang dihadapi membutuhkan inovasi sosial yang radikal.

"Radikal karena yang harus dilakukan adalah program yang mengubah secara keseluruhan, baik komponen maupun sistem yang ada," katanya.

Program yang dibuat untuk masyarakat ini seharusnya berdasarkan kebutuhan masyarakat, dan memperhatikan banyak aspek, seperti kelestarian lingkungan, nilai tambah bagi petani sebagai pemangku kepentingan, hingga penciptaan iklim sosial yang kondusif.

"Kami punya target, sebagai perusahaan yang tak hanya beroperasi di sektor migas, tapi juga mengedepankan semangat enviromental friendly company dan social responsibility serta good corporate governance," kata Agus.

Pertamina melihat adanya potensi budi daya jamur tongkol jagung dan kompos batang jagung, serta potensi tanaman obat keluarga dan sayur organik.

Setiap kali panen ada 33 ton limbah tongkol jagung untuk media tanam jamur dan 27.620 ton limbah batang jagung yang bisa dijadikan kompos.

Selain jagung, budidaya tanaman obat keluarga dan sayur organik bisa dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang belum maksimal. Ini juga menjadi pintu bagi pemberdayaan atau penguatan kaum perempuan, karena selama ini budidaya sawit identik dengan kaum lelaki.  

Dari sinilah kemudian muncul program Niat Mila atau Pertaganik Sehat Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan, yang meliputi enam kegiatan yakni program Ketahanan Pangan Terpadu Desa Air Enau (Ketan Duren), Kompos Limbah Sawit (Kolisa), pembentukan Masyarakat Peduli Api (Mas Pepi), Budidaya Jamur dari Tongkol Jagung (Bujang Tanggung), Limbah Batang Jagung jadi Kompos (Limbung Kempos), Tanaman Obat Keluarga dan Sayur Organik Desa Air Enau (Toga Soda). 

Ada tiga unsur core competency atau kompetensi inti yang diperhatikan dalam menjalankan program-program tersebut. Pertama, transfer pengetahuan dan keterampilan. Dari aspek HSSE (Health Safety Security Environment), dilakukan pelatihan pembuatan pupuk organik, safety induction, dan pemadaman api. Dari aspek finansial, Pertamina memberikan pelatihan pengelolaan keuangan kelompok di masyarakat, dan dari aspek relasi, diadakan pelatihan pemasaran produk.

Pengembangan core competency juga berbasis LCA (Life Cycle Assessment), yakni mengurangi dampak potensi penghangatan global atau global warming potential yang setara 34.180 ton CO2, dan mengurangi human toxicity setara 0,0031 kilogram DCB (Dichlorobenzenes).

Unsur core competency lainnya adalah unsur sensitifitas dan daya responsif terhadap kondisi krisis akibat bencana. Dalam mengantisipasi global warming, Pertamina memfasilitasi penanaman jagung pada lahan seluas 30.000 meter persegi yang dapat meningkatkan serapan karbon di udara. Selain itu pemanfaatan tongkol dan batang jagung juga mengurangi pembakaran sampah organik.

Para petani diajak berinovasi dengan sistem pertanian zero waste. Semua bagian dari jagung dimanfaatkan, mulai dari limbah batang jagung yang dijadikan kompos, limbah tongkol jagung untuk budidaya jamur, hingga budidaya toga dan pembuatan jamu olahan. "Inovasi sosial yang kami buat boleh dibilang pertama kali di Sumatera Selatan. Kami tak hanya mengandalkan sawit," kata Agus.

Tawaran ini cukup menggiurkan para petani. Komoditas bibit jagung super hibrida resisten terhadap kekeringan dan berpotensi menghasilkan 11,94 ton per hektare. Pertamina juga menyediakan bajak rotary untuk pengolahan limbah sawit.

Soal pasar, mereka tak perlu galau karena mendapat kontrak jaminan pembelian hasil panen selama lima tahun. Pertamina menggandeng sejumlah mitra yakni PT Berkat Jagung Jaya, PT Indoditas Duta Raya, dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Badan Pengurus Daerah Sumatera Selatan untuk memperkuat pasar produk para petani.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: