Beber Risiko, Jenderal Inggris Akhirnya Ngaku Kirim 300 Pasukan Elite ke Ukraina
Marinir Kerajaan Inggris melakukan operasi berisiko tinggi di Ukraina pada bulan April, Letnan Jenderal Robert Magowan mengakui, menurut sebuah laporan di The Times pada Selasa (13/12/2022).
Rusia secara konsisten memperingatkan bahwa pasukan NATO telah aktif dalam konflik tersebut, tetapi pernyataan ini telah dibantah oleh analis dan media Barat.
Baca Juga: Nasib Sial Dialami Intelijen dan Militer Inggris, Aksi Iran Luar Biasa Berani
Anggota 45 Komando Marinir Kerajaan meninggalkan Ukraina pada bulan Januari setelah mengevakuasi kedutaan Inggris di Kiev ke Polandia. Namun, sekitar 300 anggota unit elite dikirim kembali ke negara itu pada bulan April untuk membangun kembali misi Inggris di Kiev, sebelum melanjutkan untuk melakukan "operasi rahasia lainnya," tulis Magowan dalam jurnal resmi pasukan, The Globe and Laurel. kata surat kabar.
Operasi ini berlangsung “di lingkungan yang sangat sensitif dan dengan tingkat risiko politik dan militer yang tinggi,” kata Magowan, yang sebelumnya menjabat sebagai komandan jenderal Marinir Kerajaan dan sekarang menjadi wakil kepala Staf Pertahanan di Kementerian Pertahanan.
Sementara Magowan tidak merinci misi apa yang dilakukan pasukan komando, pernyataannya menandai pertama kalinya Inggris mengakui pasukannya melakukan operasi khusus di Ukraina. Kementerian Pertahanan menolak untuk mengkonfirmasi laporan sebelumnya tentang pasukan khusus Inggris yang melatih pasukan Ukraina di Kiev pada bulan April.
Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan konflik di Ukraina sebagai konflik antara Rusia dan “seluruh mesin militer Barat”, dan mengklaim pada bulan September bahwa ada seluruh unit militer di Ukraina “di bawah komando de-facto penasihat Barat.”
Kata-kata Putin ditolak oleh media Barat. "Tidak ada bukti pasukan darat NATO berpartisipasi di Ukraina," kata Edward Arnold dari think tank Royal United Services Institute kepada BBC pada saat itu.
"Juga komandan NATO yang mengarahkan unit Ukraina di medan perang. Ada juga kemungkinan yang sangat kecil hal ini terjadi di masa depan karena NATO berusaha mengurangi risiko eskalasi," terang Arnold.
Pengakuan Magowan membuktikan Arnold salah, tetapi Inggris bukan satu-satunya negara NATO yang mengakui kehadiran pasukannya di Ukraina.
Seorang pejabat Pentagon yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada wartawan pada bulan Oktober bahwa sejumlah pasukan AS yang tidak disebutkan namanya sedang memeriksa pengiriman senjata Amerika di suatu tempat di Ukraina.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: