Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

CENTRIS Ungkap Banyak Negara Menentang Kebijakan Lockdown di China

CENTRIS Ungkap Banyak Negara Menentang Kebijakan Lockdown di China Kredit Foto: Reuters/Thomas Peter

Kirby mengatakan Presiden Joe Biden terus mengikuti apa yang terjadi di China. Keyakinan kuat Presiden Joe Bisan pada kekuatan demokrasi dan institusi demokrasi adalah hal penting yang tidak berubah.

“Ini adalah momen untuk menegaskan kembali apa yang kami yakini terkait dengan kebebasan berkumpul dan protes damai. Kami telah melakukannya dan kami akan terus melakukannya.” Ungkap Kirby.

Sementara mantan Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, menyebut protes yang belum pernah terjadi sebelumnya di berbagai kota di China terhadap kebijakan nol Covid, berasal dari ketidakpercayaan rakyat China terhadap rezim Presiden Xi Jinping.

Kevin Rudd mengatakan protes atau unjuk rasa rakyat China saat ini terlihat lebih dari tindakan penolakan kebijakan nol Covid, namun ada hal mendasar lainnya.

“Ini sekarang adalah metafora untuk ketidakpercayaan yang lebih luas di pihak rakyat Tiongkok terhadap berbagai aspek dari apa yang dilakukan rezim Xi Jinping. Tampaknya demo ini tidak terkoordinasi secara terpusat, dengan kata lain ini spontanitas rakyat China,” kata Rudd.

Melihat hal ini, Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (Centris) menilai sangat wajar jika negara-negara dunia mengkritisi kebijakan nol Covid oleh otoritas Tiongkok, mengingat telah banyak korban jiwa akibat lockdown ketat yang dilakukan Beijing.

Peneliti senior Centris, AB Solissa menyebut selain dapat membunuh rakyatnya sendiri, keselamatan warga negara asing di China juga menjadi konsen negara-negara dunia yang memiliki perwakilan di Tiongkok.

“Tewas terbakarnya 10 warga China di apartemen yang terbakar dan dikunci oleh Otoritas Tiongkok, menjadi momentum bagi rakyat untuk lantang bersuara menentang Xi Jinping,” kata AB Solissa kepada wartawan, Kamis, (15/12/2022).

Demonstrasi besar-besaran di China, lanjut AB Solissa, adalah puncak kemarahan rakyat terhadap pemerintah khususnya Partai Komunis China, yang selama ini telah membatasi semua hak asasi manusia dan kebebasan di Xinjiang, Hong Kong, dan di seluruh China.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: