Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

CENTRIS Ungkap Banyak Negara Menentang Kebijakan Lockdown di China

CENTRIS Ungkap Banyak Negara Menentang Kebijakan Lockdown di China Kredit Foto: Reuters/Thomas Peter

“Banyak yang memandang gelombang unjuk rasa ini bukan hanya tentang krisis kesehatan masyarakat, namun krisis hak asasi manusia yang direnggut oleh Partai Komunis China,” tutur AB Solissa.

China sebenarnya telah berulang kali disarankan oleh berbagai kalangan internasional untuk mempertimbangkan kembali kebijakan vaksinasi dan fokus pada vaksinasi orang yang paling rentan.

Akan tetapi, cakupan  vaksinasi yang rendah di antara orang tua dijadikan alasan utama Beijing melakukan lockdown hampir sebagian besar rakyat China, diseluruh wilayah Tiongkok.

Lockdown semakin diketatkan oleh otoritas Tiongkok,  setelah  muncul varian virus yang lebih menular sebagai upaya pencegahan penyebaran penyakit tersebut.

“Ironisnya, Beijing hingga saat ini belum meminta bantuan kepada negara-negara dunia khusunya Amerika Serikat yang menjadi pemasok vaksin Covid terbesar di dunia,” ungkap AB Solissa.

Senator Ted Cruz yang didapuk menjadi anggota Komite Hubungan Luar Negeri Senat Amerika Serikat mengatakan bahwa sejak pandemi dimulai, Partai Komunis China berusaha mati-matian untuk menutupi asal usul, sifat, dan akibat dari Covid-19.

Ted menilai Beijing telah berbohong dan terus berbohong kepada dunia, sehingga jutaan nyawa telah hilang dan penderitaan yang luar biasa telah terjadi gegara Covid asal China.

“Wajar jika banyak negara dunia yang marah dengan China. Lihat saja demo kemarin di media, rakyat sudah berani mengkritisi bahkan meminta kediktatoran seumur hidup Xi Jinping dan Partai Komunis China segera di bubarkan,” tutur AB Solissa.

Tindakan Xi Jinping juga dinilai dapat menghancurkan perekonomian China, seperti prediksi Kepala eksekutif Dana Moneter Internasional, Kristalina Georgieva, yang menyatakan ke khawatirannya melihat ‘keras kepalanya’ Beijing.

Lockdown ketat di China telah memperlambat pergerakan sosial dan ekonomi. IMF memperkirakan ekonomi Tiongkok tidak akan tumbuh lebih dari 2,3 persen di 2022, tingkat di bawah rata-rata global.

“Anehnya, China tetap teguh pada strategi nol Covid-nya dan menolak untuk mengakses vaksin yang lebih ampuh dari negara-negara dunia, ini ada apa?” pungkas AB Solissa.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: