Pencemaran udara kian parah
Biro Kesekretariatan Forum Masyarakat Rusunawa Marunda (FMRM) Muhammad Riza Maulana selaku perwakilan warga Marunda mengatakan pencemaran udara masih saja terjadi meskipun Pelabuhan KCN sudah ditutup sejak Juli 2022.
“Buktinya kami masih tercemar, justru semakin parah tercemar,”ungkap dia.
Senada dengan Riza, Koordinator Asosiasi Pengguna Jasa Pelabuhan (Penjaspel) Munif menyatakan dugaan pencemaran udara tanpa adanya kajian ilmiah yang rinci tentang darimana sumber pencemaran debu batubara berasal dan tidak memikirkan dampaknya bagi kepentingan masyarakat banyak.
Baca Juga: Tekan Biaya Logistik, Kemenhub Ingin Pengelolaan Bongkar Muat Pelabuhan Makin Efisien
“Dampak penutupan Pelabuhan KCN adalah ribuan orang jadi pengangguran, antrian sandar kapal meningkat pesat, waktu bongkar muat jadi lama, kemacetan parah di marunda, truk-truk jadi lambat ritasenya, biaya logistik naik tinggi tapi pencemaran udara di marunda makin parah. Parahnya, pelabuhan KCN hingga saat ini belum diijinkan beroperasi walaupun sudah 6 bulan ditutup dengan alasan pencemaran debu batubara, dimana berdasarkan hasil kajian ilmiah ternyata pencemarannya bukan berasal dari pelabuhan KCN,”ujar Munif
Penjaspel akan turun unjuk rasa meminta kepada Bapak Gubernur DKI untuk mencopot Kadis & Kasudin Lingkungan Hidup yang sombong dan arogan yang tidak memikirkan nasib ribuan tenaga kerja yang kehilangan pekerjaannya akibat ditutupnya Terminal Umum pelabuhan KCN secara sembarangan,”sambung Munif dengan berapi-api.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: