Lagi Adem Ayem Australia Mau Borong HIMARS Buatan Amerika, Bertahan dari China?
Australia pada Kamis (5/1/2023) mengumumkan akan meningkatkan kemampuan pertahanannya dengan membelanjakan lebih dari 1 miliar dolar Australia (700 juta dolar AS) untuk sistem rudal dan roket canggih baru, termasuk HIMARS buatan Amerika Serikat yang telah berhasil digunakan oleh militer Ukraina.
Di Ukraina, HIMARS yang dipasang di truk dan bergerak telah terbukti sangat penting dalam memungkinkan pasukan Ukraina mencapai target utama, termasuk serangan baru-baru ini di satu bangunan yang menewaskan sedikitnya 89 tentara Rusia.
Baca Juga: Terendus Niat Jelek Ukraina, Amerika Diam-diam Modifikasi HIMARS, Respek!
Pemerintah Australia mengatakan HIMARS yang dibeli termasuk peluncur, rudal dan roket pelatihan dan akan digunakan pada tahun 2026. Dikatakan sistem itu memiliki jangkauan saat ini 300 kilometer (186 mil), yang diperkirakan akan meningkat dengan kemajuan teknologi.
Pemerintah mengatakan pihaknya juga telah menandatangani kontrak dengan Kongsberg yang berbasis di Norwegia untuk membeli Naval Strike Missiles untuk kapal perusak dan fregat angkatan laut, yang akan menggantikan rudal anti-kapal Harpoon yang sudah tua mulai tahun depan.
Mengutip kerahasiaan untuk alasan keamanan dan operasional, pemerintah Australia, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Anthony Albanese, tidak memberikan perincian biaya dari kedua sistem tersebut atau mengatakan berapa banyak dari masing-masing sistem yang dibeli.
Tetapi tahun lalu Departemen Luar Negeri AS menyetujui potensi penjualan militer asing, mengatakan Australia telah meminta untuk membeli 20 HIMARS buatan Lockheed Martin dan peralatan terkait dengan perkiraan biaya $385 juta.
“Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional Amerika Serikat,” tulis Departemen Pertahanan AS saat itu.
“Australia adalah salah satu sekutu terpenting kami di Pasifik Barat. Lokasi strategis kekuatan politik dan ekonomi ini memberikan kontribusi signifikan untuk memastikan perdamaian dan stabilitas ekonomi di kawasan.”
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Advertisement