Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Serba-Serbi Pasar Obligasi di Tahun 2023: Kepemilikan Asing Berkurang dan Banyak Disokong Katalis Positif

Serba-Serbi Pasar Obligasi di Tahun 2023: Kepemilikan Asing Berkurang dan Banyak Disokong Katalis Positif Kredit Foto: Unsplash/Pedro Miranda
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada tahun 2022, meskipun kondisi dunia tidak secerah beberapa tahun sebelumnya, pasar obligasi Indonesia berhasil mencatatkan kinerja yang positif. Dibandingkan dengan pasar obligasi negara-negara di kawasan Asia lainnya, seperti Hong Kong (-8,6%), Filipina (-6,0), Singapura (-5,1%), dan Thailand (-4,0%), Indonesia yang mencatatkan kinerja positif di angka 3,5% tentunya lebih baik.

Director and Chief Investment Officer PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Ezra Nazula,  menjelaskan bahwa kurva imbal hasil pasar obligasi menunjukkan pola bearish flattening selama tahun 2022. Bearish flattening sendiri adalah kondisi obligasi dengan tenor paling pendek (2 tahun) justru mengalami kenaikan imbal paling signifikan (181 bps), sedangkan obligasi dengan tenor paling panjang (30 tahun), mengalami kenaikan imbal paling kecil (46 bps).

Baca Juga: Danareksa Terbitkan Obligasi Senilai Rp1 Triliun

“Selain bearish flattening, kepemilikan asing atas pasar obligasi Indonesia juga mengalami tren penyusutan. Di akhir tahun 2022, persentasenya menurun menjadi 14,36% dari 19,05% pada akhir tahun 2021,” jelas Ezra dalam konferensi pers virtual, Jakarta, Senin, 17 Januari 2023.

Selain itu, Ezra juga menambahkan bahwa pada tahun 2023, terdapat tiga katalis positif yang mampu menyokong pasar obligasi. Ketiga hal tersebut adalah perbaikan fundamental makro, kuatnya permintaan domestik, dan adanya skenario pembukaan kembali perekonomian Tiongkok kepada dunia.

Baca Juga: Berhasil Lalui 2022, Manulife Prediksi Perekonomian Indonesia Lebih Cerah di 2023

“Ketika indikator makro ekonomi, seperti defisit fiskal di bawah target pemerintah, cenderung membaik, Indonesia bisa memperoleh kenaikan rating,” tambahnya.

Perihal permintaan domestik, Ezra memperkirakan bahwa permintaan dari investor perbankan, asuransi, dana pensiun, dan investor ritel diperkirakan masih kokoh untuk menopang pasar. Sementara itu, skenario pembukaan kembali perekonomian Tiongkok kepada dunia tentunya membawa sentimen positif terhadap perekonomian global yang bisa berpengaruh positif kepada obligasi Indonesia.

Baca Juga: Ungkap Pajak Daerah Kian Menguat, Sri Mulyani: Indikasi Kegiatan Ekonomi Makin Meningkat

“Kami memperkirakan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun bisa kembali ke kisaran 6,50%–6,75%,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: