Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Disokong Sentimen Positif, Pasar Obligasi Indonesia Punya Prospek Cerah

Disokong Sentimen Positif, Pasar Obligasi Indonesia Punya Prospek Cerah Kredit Foto: Unsplash/Myriam Jessier
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tahun 2023 dipandang sebagai tahun yang potensial untuk pasar obligasi Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah indikasi pelonggaran laju kenaikan suku bunga The Fed ketika memasuki tahun baru. 

Melansir dari informasi resmi yang dirilis oleh PT Schroder Investment Management Indonesia, diketahui bahwa inflasi di Amerika Serikat tampaknya sudah turun dan berada di bawah ekspektasi ekonom pada bulan Oktober 2022. Turunnya tren inflasi mendorong The Fed untuk memperlambat kenaikan suku bunga acuannya. Secara tidak langsung, hal tersebut memicu terjadinya pemulihan di pasar obligasi. 

Baca Juga: Pertumbuhan PDB Diprediksi Masih Tembus 5%, Schroder: Indonesia Tetap yang Terkuat di 2023

“Tim ekonom global Schroders memperkirakan suku bunga acuan The Fed akan mencapai titik 4,75% pada awal 2023. Menjelang akhir tahun, diprediksi angkanya akan turun menjadi 3,50% mengingat adanya potensi resesi di Amerika pada setengah tahun pertama tahun ini,” jelas pihak Schroder dalam keterangan resmi, Jakarta, Kamis, 19 Januari 2023.

Sementara itu, pemerintah Indonesia juga mempunyai rencana untuk menurunkan defisit fiskal pada akhir tahun 2023. Tidak hanya defisit fiskal sampai di bawah 3%, supply obligasi tahun ini diperkirakan akan berkurang karena kuatnya pertumbuhan pendapatan pemerintah pada tahun lalu. Kedua hal ini menjadi sentimen positif yang dapat mendukung stabilitas pasar obligasi Indonesia.

Baca Juga: Serba-Serbi Pasar Obligasi di Tahun 2023: Kepemilikan Asing Berkurang dan Banyak Disokong Katalis Positif

Kendati demikian, Head of Fixed Income Schroder, Soufat Hartawan, mengatakan bahwa tampaknya Indonesia bisa tetap terpapar tantangan global yang mungkin terjadi pada tahun 2023 ini. Menurutnya, salah satu tantangan yang wajib diwaspadai adalah melambatnya ekonomi Amerika Serikat. Bank sentral Amerika melakukan hal tersebut untuk menekan laju inflasi.

“Selain Amerika, Eropa dan Tiongkok pun demikian. Eropa tengah mengalami kesulitan karena perang Rusia-Ukraina yang belum selesai, sedangkan Tiongkok masih berkutat dengan permasalahan dan kebijakan terkait Covid-19,” tambahnya.

Baca Juga: El Savador Memperkenalkan RUU untuk Luncurkan Obligasi Bitcoin

Faktor lainnya yang tidak bisa dilupakan adalah Pemilu 2024. Sama seperti pasar saham, pasar obligasi juga akan menerima pengaruh positif apabila rangkaian Pemilu diselenggarakan dengan kondusif, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, untuk mewujudkan cerahnya pasar obligasi Indonesia di tahun 2023, kerja sama dan kontribusi berbagai pihak sangat diperlukan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: