Gila-gilaan Anggarkan Uang Pertahanan, Kim Jong Un Bakal Rombak Korea Utara?
Kim terakhir muncul di majelis pada bulan September, ketika dia dengan tegas menyatakan negaranya tidak akan pernah meninggalkan senjata nuklir yang dia anggap sebagai jaminan terkuatnya untuk bertahan hidup.
Anggota majelis kemudian mengesahkan undang-undang yang mengesahkan serangan nuklir pendahuluan dalam berbagai skenario di mana ia mungkin menganggap kepemimpinannya berada di bawah ancaman, termasuk bentrokan atau konflik konvensional yang tidak harus berarti perang.
Khawatir dengan meningkatnya ancaman nuklir Korea Utara, Korea Selatan dan Jepang berebut untuk memperkuat postur pertahanan mereka dalam hubungannya dengan aliansi mereka dengan Amerika Serikat.
Dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press pekan lalu, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan pemerintahnya terlibat dalam diskusi dengan pemerintahan Biden mengenai perencanaan militer bersama yang berpotensi melibatkan aset nuklir AS.
Sekutu berencana untuk mengadakan latihan meja bulan depan yang bertujuan untuk mempertajam respons mereka terhadap penggunaan senjata nuklir Korea Utara. Pemerintahan Yoon juga mengatakan akan meminta Washington untuk lebih sering mengerahkan aset militer strategis di dekat Semenanjung Korea.
Pada bulan Desember, Jepang membuat terobosan besar dari prinsip pascaperang yang hanya membela diri dengan mengadopsi strategi keamanan nasional baru yang mencakup tujuan untuk memperoleh kemampuan serangan pendahuluan dan rudal jelajah dalam menghadapi ancaman yang semakin meningkat dari Korea Utara, China, dan Rusia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement