Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jadi Kontributor Inflasi, Pasokan Beras Perlu Jadi Perhatian Jelang Ramadan

Jadi Kontributor Inflasi, Pasokan Beras Perlu Jadi Perhatian Jelang Ramadan Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira berpendapat pemerintah perlu memperhatikan pasokan beras dalam negeri menjelang periode Ramadan dan Idulfitri.

Pasalnya, kontribusi beras terhadap inflasi terbilang cukup tinggi. Oleh karena itu, permintaan terhadap pasokan beras perlu dijaga agar tetap stabil.

"Dari segi permintaan, karena masyarakat sudah mulai longgar dan belanja lebih banyak, kebutuhan [beras] juga akan naik. Sementara untuk impor, biaya produksi beras di negara importif juga banyak mengalami kenaikan. Jadi, yang harus diperhatikan jelang Ramadan dan Lebaran itu adalah beras," ujar Bhima kepada wartawan di Jakarta, Kamis (19/1/2023).

Baca Juga: Tuduhan Anies Baswedan Korupsi Beras Bansos Masih Terus Diselidiki, Kader PSI: Kalau Terbukti, Ini Kejahatan Luar Biasa!

Untuk menjaga kestabilan pasokan beras, pemerintah perlu memperhatikan empat poin utama.

Pertama, pemerintah perlu menambah subsidi pupuk. Sebab, hingga sejauh ini, subsidi pupuk baru mencakup 30% dari total kebutuhan. Akibatnya, para petani tak memiliki pilihan selain menggunakan pupuk nonsubsidi.

"Tapi, harus dipastikan [subsidi] tepat sasaran," imbuhnya.

Kedua, pemerintah harus memperhatikan skema kerja sama impor beras. Menurutnya, kerja sama impor beras perlu dipikirkan secara hati-hati agar tak mengganggu harga gabah di dalam negeri.

Ketiga, regenerasi petani. Problem ini terbilang masalah klasik, kata dia, namun vital perannya untuk menjaga kondisi pangan Tanah Air. "Anak muda harus lebih banyak ke sektor pertanian."

Terakhir, pemerintah perlu mengurangi ahli guna lahan pertanian untuk industri dan perumahan. Menyambung problem sebelumnya, bila lahan pertanian semakin minim, maka tingkat produksi juga akan semakin turun.

"Jadi, jangan kebanyakan alih guna lahan pertanian," tutur dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: