Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun menilai bahwa jebakan hutang China atau China Debt Trap merupakan hal nyata yang harus dapat diantisipasi oleh pemerintah Indonesia.
Menurutnya jebakan hutang China telah memakan banyak korban di belahan dunia lain baik itu di Asia maupun di benua Afrika. Baca Juga: Singgung FPI dan HTI, Refly Harun: NasDem Gak Usah Blunder, Masih Butuh Dukungan Umat Islam
"China debt trap itu bukan hisapan jempol itu sudah terjadi di beberapa negara, Afrika Selatan, Srilangka dimana ada pelabuhan yang harus di serahkan kepada China dimana ketika negara itu tidak mampu untuk membayar hutang disitulah China masuk," ujar Refly dikutip dari akun YouTubenya, Sabtu (28/1/2023).
Refly mengatakan bahwa sampai dengan saat ini investasi yang membuat banyak pekerja asal China masuk ke Indonesia. Kondisi tersebut menurutnya sama saja dengan masuk ke dalam jebakan hutang China.
"ini bukan hal yang tentunya dibuat-buat karena kita tidak ingin suatu saat justru bangsa yang besar ini akhirnya terjebak dalam debt trap hutang china dan kita tidak mampu melakukan apapun, dalam tanda kutip meminta mereka peluang ke negaranya. Justru kita memberikan peluang yang terus menerus masuknya tidak hanya tenaga kerja, orang-orang China masuk kesini untuk menguasai Indonesia atau tempat-tempat tertentu di Indonesia," ujarnya.
Lanjutnya, China Debt Trap sendiri dilakukan oleh China dengan cara mereka membuat jalan sutera dan mereka memberikan hutang kepada negara lain. Seperti yang terjadi pada Srilangka menjadi korban karena tidak mampu membayar utang tersebut. Baca Juga: Hati-hati, Pengamat Bilang Teknologi Made in China Berpotensi Jadi Alat Mata-Mata
"Ini adalah soal yang sangat serius dimana salah satu indikatornya adalah bagaimana pernyataan bupati, kapolda terhadap kasus di morowali tersebut apakah mereka cukup berpihak kepada pekerja lokal atau justru sebaliknya memanjakan pekerja asing yang ada disana," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement