- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
Sering Jadi Trigger Isu, Faktanya Perkembangan Kebun Sawit Jauh dari Tudingan Negara Eropa
Hilangnya biodiversitas alami hutan menjadi salah satu isu yang dialamatkan pihak anti sawit terhadap perkebunan sawit. Tudingan ini lantaran, perkembangan luas perkebunan sawit Indonesia yang cukup signifikan yakni dari 4,16 juta hektar menjadi 16,381 juta hektar dalam 4 dekade terakhir.
“Indonesia bukanlah Eropa dan Amerika Serikat, dimana awal pembangunan di negara-negara tersebut sudah menghabiskan hutannya baik itu hutan lindung maupun hutan konservasi sehingga tidak ada lagi biodiversitas endemik di wilayah tersebut,” catat laporan PASPI.
Baca Juga: Tak Terduga, Produk Samping Kelapa Sawit Ini Ternyata Miliki Potensi Besar Jadi Renewable Energy!
Dalam laman Palm Oil Indonesia disebutkan, sejak awal, Pemerintah Indonesia telah memiliki kebijakan pembangunan nasional dengan menggunakan paradigma pembangunan berkelanjutan. Sehingga pembangunan antar sektor baik sektor pengembangan maupun sektor konservasi di Indonesia dapat dilakukan berdampingan secara harmoni pada ruang yang berbeda.
“Pengembangan perkebunan sawit di Indonesia dan pelestarian hutan yang dipertahankan (non-deforest able) telah diatur oleh konstitusi seperti Undang-Undang Kehutanan No. 41/1999 maupun kebijakan pelestarian biodiversitas lainnya di Indonesia,” catat laman Palm Oil Indonesia.
Berdasarkan laporan Statistik Kehutanan tahun 2018, dalam laporan PASPI menunjukkan bahwa luas kawasan hutan/hutan primer (konservasi dan lindung) di Indonesia masih sangat besar yakni mencapai 41,26 juta hektar.
“Masih luas dan terjaganya hutan primer Indonesia juga membuat FAO (2016) menggolongkan Indonesia termasuk negara Global Top-Ten Countries with Forest Area for Conservation of Biodiversity. Selain itu, beberapa kawasan konservasi utama Indonesia bahkan telah diakui eksistensinya di dunia internasional,” catat laporan PASPI.
Baca Juga: Tahun Ini, Emiten Milik Konglomerat TP Rachmat Mau Bangun Pabrik Kelapa Sawit Baru
Tidak hanya itu, penelitian yang dilakukan oleh Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB University Prof. Yanto Santosa menunjukkan bahwa jumlah jenis biodiversitas di kebun sawit tidak selalu lebih rendah dibandingkan biodiversitas yang ada di Ecosystem Benchmark atau HCV/NKT. Bahkan pengembangan kebun sawit di beberapa daerah lokasi penelitian, justru meningkatkan jumlah jenis biodiversitas seperti Herpetofauna dan Kupu-kupu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement