Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hadapi Dinamika Pasar Global, Indonesia Siap Bangun Reputasi Sawit Berkelanjutan

Hadapi Dinamika Pasar Global, Indonesia Siap Bangun Reputasi Sawit Berkelanjutan Kredit Foto: Antara/Makna Zaezar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Green development telah menjadi salah satu bagian integral dari arah pembangunan Tiongkok. Dengan begitu, sinyal hijau dari Tiongkok ini menjadi salah satu potensi besar bagi pasar sawit global. Terlebih, Tiongkok merupakan salah satu negara tujuan ekspor minyak sawit terbesar Indonesia saat ini. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui bahwa sebanyak 4,7 juta ton minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia di ekspor ke Tiongkok pada 2021. Nilai ini tercatat 52,2% lebih banyak dibandingkan ekspor ke India yang sebesar 3,08 juta ton pada tahun yang sama. Tanpa antisipasi yang memadai, tidak menutup kemungkinan bahwa hambatan-hambatan non-tarif dapat menjadi tantangan dalam perdagangan sawit nasional ke depannya, termasuk ke Tiongkok.

Baca Juga: Kebun Sawit Rambah Kawasan Hutan Hanya Pelanggaran Administrasi

Menanggapi hal tersebut, Wakil Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Agam Fatchurrochman mengatakan, “Kami yakin produk CPO Indonesia sudah bersaing untuk pasar yang semakin hijau, apalagi Indonesia adalah produsen terbesar Certified Sustainable Palm Oil (CSPO). Jika Tiongkok meminta sertifikat berkelanjutan, kita semua ada, baik yang bersifat mandatory ISPO yang sudah mencapai hampir 5 juta hektar, maupun bersifat voluntary RSPO, sebanyak 2,4 juta hektar,” ungkap Agam, dalam keterangannya.

Lebih lanjut dikatakan Agam, pelaku industri juga telah berupaya untuk menguatkan sistem sertifikasi ISPO nasional. Hal ini diwujudkan dengan memperbaiki prinsip dan kriteria ISPO hulu di sisi perkebunan yang sudah dilakukan sebanyak 3 kali. Kendati demikian, Agam menilai pemerintah masih harus menyelesaikan standard untuk ISPO hilir, yaitu di sisi pembeli (buyer) dan penyuling (refinery) untuk memenuhi permintaan pasar. Upaya tersebut dilakukan dalam rangka membangun reputasi minyak sawit Indonesia di pasar global untuk mengantisipasi dinamika akses pasar yang lahir dari transisi menuju praktik yang berkelanjutan.

Baca Juga: Berdayakan Sustainability, Sentralnya Pekebun dalam Perkembangan Sektor Sawit di Indonesia

Dalam empat tahun terakhir, sinyal hijau Tiongkok termasuk di sektor sawit sudah bermunculan. Hal ini terlihat dari beberapa inisiatif, seperti pembentukan Aliansi Minyak Sawit Berkelanjutan Tiongkok (CSPOA) pada 2018 hingga pengembangan Panduan Konsumsi Minyak Sawit Berkelanjutan pada 2022 oleh CSPOA, di mana China Chamber of Commerce of Foodstuffs and Native Produce (CFNA) dan World Wildlife Fund (WWF) tergabung di dalamnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: