Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hadir Dengan Sarung dan Peci di Harlah Seabad NU, AHY Dipuji Pengamat: Makin Berakar Berkat Rajin Silaturahmi

Hadir Dengan Sarung dan Peci di Harlah Seabad NU, AHY Dipuji Pengamat: Makin Berakar Berkat Rajin Silaturahmi Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Sidoarjo -

Kehadiran Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam peringatan Hari Lahir Satu Abad Nahdhatul Ulama di Sidoarjo (7/2) mencuri perhatian warga NU yang hadir.

Pengamat mengungkapkan sambutan meriah dari akar rumput NU merupakan buah dari rajinnya AHY bersilaturahmi.

"NU itu organisasi masyarakat yang berkembang dari bawah, dari desa-desa, dari pinggiran, dengan kultur dan bahasa sederhana, khas orang kebanyakan. Maka dari itu, kunci mendekati warga NU ya rajin-rajin silaturahmi," kata Dr. Sufyanto, peneliti utama lembaga survei The Republic Institute, yang berbasis di Surabaya.

"Mas AHY ini lahir dari lingkungan keluarga besar pondok pesantren Tremas, Pacitan, salah satu ponpes NU tertua di pulau Jawa. Sangat bisa dipahami jika dari dulu mas AHY rajin sowan pada para Kyai, silaturahmi ke pesantren-pesantren besar dan kecil, maupun ziarah makam-makam Kyai maupun Wali di seluruh tanah Jawa," kata Dr. Sufyanto, yang pernah jadi Ketua Bawasluda Jatim periode awal.

"Sambutan meriah dan spontan dari akar rumput NU, saat mas AHY datang dan pulang, maupun sambutan dari para Kyai, Nyai maupun pengurus NU lainnya ketika mas AHY di panggung, merupakan buah silaturahmi yang dijalin selama ini," kata Dr. Sufyanto lagi.

Dosen FISIP Universitas Al-Azhar Indonesia Zaenal Budiyono, M.Si. mengamini perlunya AHY terus mempererat hubungan dengan NU melalui silaturahmi.

"Survei LSI tahun 2021 mengindikasikan basis massa NU berjumlah sekitar 108 juta, berarti hampir sepertiga jumlah masyarakat Indonesia. Secara sosio-kultural, ekonomi maupun politik, NU merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia.

Apalagi mas AHY lahir dan besar dari lingkungan keluarga besar pondok pesantren Tremas, Pacitan," kata Zaenal yang juga Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC-Asia).

Zaenal mengingatkan, "Mendekati NU tidak bisa instan. Ini organisasi masyarakat yang sudah berdiri bahkan sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, berperan sangat penting dalam sejarah perlawanan terhadap penjajah, dan selama Orde Baru bertahan dengan caranya sendiri, agar tetap bisa mengayomi rakyat kecil yang bernaung dibawah NU.

Peran NU dalam menerima Pancasila sebagai ideologi bangsa dalam Muktamar tahun 1984, mengakhiri polemik yang berlarut-larut antara negara dan umat Islam pada masa itu."

"Salut melihat bagaimana meriahnya sambutan akar rumput NU terhadap mas AHY, demikian pula sambutan hangat Gus Yahya dan jajaran pengurus PBNU lainnya, termasuk mbak Yenny Wahid," ujar Zaenal, "Jadi makin menarik melihat sejumlah Ketum parpol lainnya tidak hadir, termasuk parpol yang semula lahir dari rahim NU,"

"Saya melihatnya sebagai indikasi bahwa mas AHY memang tokoh nasional yang diterima dimana-mana. Posisinya sebagai Ketua Umum partai oposisi tidak menjadi sekat yang menghalangi.

"Ini fenomena yang cukup langka terjadi dalam sejarah perpolitikan di Indonesia. Akseptabilitas AHY ini akan menjadi modal berharga dalam Pemilu 2024 nanti," tegas Zaenal.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: