Ratusan Orang Berbondong-bondong Jadi Relawan Urus Jenazah, Kenyataan Suram Terungkap
Al-Ibrahimi dan keluarganya sudah tinggal di tenda, sehingga tidak mengalami banyak kerusakan akibat gempa.
“Namun jujur saja, kami takut, itu menakutkan. Kemudian kami mulai berpikir betapa lebih menakutkannya bagi orang-orang yang tinggal di kota. Dan kami mulai mengkhawatirkan orang-orang kami di kota-kota karena kami tahu di sanalah sebagian besar kerusakan akan terjadi," ujarnya.
Baca Juga: Keruwetan Rumah Sakit di Suriah, Dokter Garis Depan Kewalahan: Kerja Berjam-jam, 5 Hari Tanpa Tidur
“Kami mendengar, kerusakan terparah terjadi di Jandaris, jadi, saya dan sekitar 30 atau 40 orang lainnya datang ke sini setiap pagi untuk menjadi sukarelawan dan membantu orang-orang di sini menguburkan jenazah mereka di pemakaman ini," kata Al-Ibrahimi.
Al-Ibrahimi mengatakan, orang-orang itu menggunakan mobil sendiri untuk melakukan perjalanan sejauh 40 km ke Jandaris di pagi hari dan kembali lagi ke Aazaz di malam hari.
Perjalanan dan kegiatan itu bukan tugas yang mudah di wilayah dengan perang selama 12 tahun telah menghancurkan infrastruktur dan sumber daya, situasi yang hanya diperburuk oleh gempa bumi.
Nama-nama orang yang mati didokumentasikan, sebanyak mungkin, dan penanda kecil didirikan di dekat kuburan untuk menunjukkan nama mereka yang dimakamkan di sana.
“Kami menguburkan jenazah dan melakukan salat jenazah. Kami di sini bukan untuk mendapatkan bayaran atau apa pun, kami melakukan ini untuk Tuhan," kata al-Ibrahimi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Advertisement