Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Keruwetan Rumah Sakit di Suriah, Dokter Garis Depan Kewalahan: Kerja Berjam-jam, 5 Hari Tanpa Tidur

Keruwetan Rumah Sakit di Suriah, Dokter Garis Depan Kewalahan: Kerja Berjam-jam, 5 Hari Tanpa Tidur Kredit Foto: AFP
Warta Ekonomi, Idlib -

Dokter di barat laut Suriah mengatakan bahwa mereka benar-benar kewalahan oleh gempa bumi dahsyat yang melanda wilayah tersebut pada Senin (6/2/2023). Diakuinya, sumber daya manusia dan peralatan yang diperlukan untuk mengatasi keparahan cedera para korban berkurang.

"Kami telah menghabiskan lima hari terakhir bekerja berjam-jam tanpa tidur atau istirahat untuk menyelamatkan yang terluka," Dr Ahmed Ghandour, direktur Rumah Sakit Al-Rahma di Kota Darkush di Provinsi Idlib, mengatakan kepada Middle East Eye.

Baca Juga: Bermanfaat Lagi, 10.000 Kabin Piala Dunia Qatar bakal Diterbangkan ke Turki dan Suriah

Dia mengatakan rumah sakitnya dibanjiri begitu banyak orang mati dan terluka sehingga beberapa staf medis yang bekerja di sini terpaksa membuat keputusan triase yang mustahil karena kurangnya sumber daya.

Sementara sebagian besar staf medis harus bersaing dengan lengan dan kaki yang patah atau luka yang terinfeksi, dia mengatakan hari-hari mendatang kemungkinan besar tampaknya mereka harus bersaing dengan penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera, uptick dalam kasus Covid-19 dan contoh hipotermia atau radang dingin.

Rumah sakit di barat laut Suriah, kantong oposisi utama terakhir di negara itu, sudah tidak dapat melakukan prosedur paling mendasar karena serangan berulang oleh Damaskus dan sekutunya sejak awal konflik pada tahun 2011.

Wilayah ini adalah rumah bagi sekitar 4,4 juta orang, termasuk lebih dari dua juta yang dipindahkan secara internal, menurut angka PBB. Hampir 70 persen dari populasi membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Sementara itu, konvoi 14 truk PBB memasuki wilayah yang dikuasai oposisi melalui Bab Al-Hawa Crossing pada Jumat (10/2/2023), tetapi bantuan itu diatur jauh sebelum bencana melanda.

Ghandour mengatakan gempa itu telah menciptakan beberapa kondisi terburuk yang pernah dilihatnya sejak awal konflik, dan bahwa korban tewas akan terus meningkat kecuali PBB dan masyarakat internasional mempercepat pengiriman bantuan.

"Kegagalan komunitas internasional untuk membantu kami dalam evakuasi dan operasi bantuan meningkatkan tragedi yang kita jalani," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: