“Kami menemukan bibi saya, tapi tanpa paman saya,” kata Rania Zaboubi, seorang pengungsi Suriah yang kehilangan delapan anggota keluarganya, dikutip dari AFP.
“Situasinya sangat buruk. Dan tidak ada bantuan,” kata warga lainnya, Ibrahim Khalil.
Baca Juga: Nyatakan Solidaritas buat Turkiye dan Suriah di Hadapan Erdogan, Ini Kata Emir Qatar
Salah seorang korban gempa di Suriah, juga mengungkapkan, anak-anak yang selamat membutuhkan perlengkapan musim dingin dan makanan.
Menurutnya, warga tidak dapat tidur karena dinginnya cuaca di wilayah tersebut. Padahal, ratusan ribu penduduk kehilangan tempat tinggal, di tengah suhu dingin yang menusuk tulang.
Penampungan darurat seperti area parkir supermarket, masjid, pinggir jalan atau di tengah reruntuhan, sangat membutuhkan makanan, air, dan pemanas.
Gempa dahsyat itu terjadi Senin (6/2/2023). Survei Geologi Amerika Serikat (AS) mengatakan, gempa berkekuatan 7,8 terjadi pukul 04:17 waktu setempat (01:17 GMT) di kedalaman 17,9 km di lokasi 26 kilometer sebelah timur kota Nurdagi, Provinsi Gaziantep, Turki.
Gempa kedua, dipicu yang pertama berkekuatan M 7,5, dan pusat gempa berada di distrik Elbistan di Provinsi Kahramanmaras, dangkal juga di kedalaman 10 km.
Survei Geologi AS mencatat, setidaknya 100 gempa susulan terjadi tak lama setelah gempa pertama.
Dikutip dari BBC International, gempa tersebut disebabkan aktivitas Anatolian Plate (Lempeng Anatolia).
Tak hanya terasa di Suriah, gempa juga menggoyang Mesir, Lebanon, Yordania, Yunani. Bahkan memicu peringatan tsunami di Italia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement