Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jakarta Kebanjiran di Era Heru, Anies Baswedan Lagi yang Kena Getahnya: 'Lima Tahun Tidak Ada yang Signifikan'

Jakarta Kebanjiran di Era Heru, Anies Baswedan Lagi yang Kena Getahnya: 'Lima Tahun Tidak Ada yang Signifikan' Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jakarta kembali dilanda banjir hingga menyebabkan ratusan jiwa mengungsi pada Senin (27/2/2023). Hal ini mendapat tanggapan dari Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak.

Ia menyinggung masa kepemimpinan Eks Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan yang selama 2017-2022 dianggapnya tidak melakukan upaya untuk mengurangi titik banjir di Jakarta.

Baca Juga: Gak Cuma di Era Anies, Jakarta Kembali Banjir di Era Heru Budi, Warganet: Kayaknya Anggarannya Kebawa Banjir...

"Saya kira titik banjir ini tidak bisa selesai dalam waktu singkat karena memang lima tahun (era Anies) hampir tidak ada yang signifikan," kata Gilbert kepada Republika.co.id, Senin (27/2/2023).

Menurut dia, secara garis besar, ada dua kelompok masyarakat di Jakarta yang kerap mengalami kebanjiran. Mereka adalah masyarakat yang tinggal di daerah dataran rendah yang kondisi sumur resapannya sulit, serta masyarakat yang tinggal dekat kawasan sungai yang mengalami penyempitan.

Di daerah dataran rendah, Gilbert menyebut, salah satu upaya yang perlu dimasifkan oleh Pemprov DKI adalah memperbanyak embung sebagai fasilitas penampungan air. Selain itu, anggota Komisi B DPRD DKI tersebut mendorong memperbanyak ketersediaan pompa air.

"Saya kira perlu tambahkan embung, kemudian pompa air. Contoh di Kelapa Gading (Jakarta Utara) kan rendah, kenapa sekarang enggak banjir? Karena begitu airnya naik langsung disedot. Jadi yang paling bagus sebenarnya (kalau tidak) mereka dipindah (relokasi) atau dikasih embung di situ kemudian dikasih pompa," jelas Gilbert.

Sementara itu, untuk masyarakat di daerah yang tinggal dekat kawasan sungai yang mengalami penyempitan, sambung dia, perlu dilanjutkan upaya normalisasi sungai. Pemprov DKI perlu memfokuskan upaya tersebut dengan mengatasi masalah yang dihadapi, yakni pembebasan lahan.

Baca Juga: Kali Ciliwung Meluap, Warga Kampung Melayu Mulai Dikepung Banjir

"Di daerah Jaksel yang tinggi juga kebanjiran, itu karena air sungai meluap, sungainya menyempit, makanya dilakukan normalisasi. Kan ada 13 sungai yang perlu diperhatikan, tapi tidak semua kebanjiran karena tidak semua menyempit gara-gara perumahan warga. Nah di daerah menyempit itu yang diharapkan dilakukan normalisasi biar airnya mengalir cepat, istilah orang Jawa bablas," terang Gilbert.

Berdasarkan data update BPBD DKI Jakarta pukup 17.00 WIB, banjir menggenangi 118 RT di Ibu Kota. Perincian wilayah yang terendam adalah sebanyak 45 RT di Jakarta Barat, 17 RT di Jakarta Selatan, dan 56 RT di Jakarta Timur. Dampaknya, sekitar 270 jiwa warga dilaporkan mengungsi akibat banjir yang dipicu curah hujan tinggi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Advertisement

Bagikan Artikel: