Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Membaca Manuver Koalisi Perubahan: Antara Deklarasi Demokrat dan Putusan Cawapres Anies Baswedan

Membaca Manuver Koalisi Perubahan: Antara Deklarasi Demokrat dan Putusan Cawapres Anies Baswedan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh (kanan) membisikkan sesuatu kepada Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) saat memberikan keterangan pers bersama usai melaksanakan pertemuan di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Rabu (22/02/2023). Pertemuan tersebut membahas mengenai upaya mempererat kerja sama Koalisi Perubahan yang terdiri atas Partai NasDem, Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS). | Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Usai deklarasi dari Partai NasDem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), kini tinggal Partai Demokrat yang belum secara resmi mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, Anies Baswedan, sebagai calon presiden.

Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, menilai, Demokrat masih menunggu momentum tepat untuk mendeklarasikan Anies Baswedan. Sebab, saat pertemuan dengan Surya Paloh di markas Demokrat beberapa hari lalu, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menegaskan bakal menggerakkan mesin partai demi kemenangan Koalisi Perubahan.

Baca Juga: Anas Urbaningrum Bebas dari Penjara, Siapkan Langkah Comeback ke Politik Hingga Balas Dendam ke Demokrat

Namun, deklarasi Anies Baswedan yang berbarengan dengan cawapres pendamping nampaknya tidak akan diumumkan secara bersamaan.

"Saya melihatnya bisa jadi cawapresnya dikosongkan dulu agar tidak dibaca oleh lawan. Biar bisa jadi misteri, biar bisa jadi rahasia dulu, biar tidak dibaca langkah-langkah politik Koalisi Perubahan itu," jelasnya saat dihubungi wartawan di Jakarta, Senin (27/2/2023).

Menurut Ujang, apabila nama cawapres diumumkan bersamaan dengan deklarasi Partai Demokrat terhadap Anies Baswedan bisa menjadi kelemahan yang dimanfaatkan oleh lawan politik. Terlebih jika nantinya Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, yang diumumkan menjadi pendamping Anies.

"Kalau nama cawapresnya langsung muncul dipaketkan Anies-AHY akan di-bully, akan dihabisi juga oleh relawan lawan politik. Kemungkinan besar tidak dulu diumumkan cawapresnya untuk menghindari terbacanya strategi politik Koalisi Perubahan," ujarnya.

Lebih lanjut, Dosen Universitas Al-Azhar Indonesia itu menilai bahwa peluang AHY mendampingi Anies Baswedan masih memerlukan perbincangan mendalam dengan PKS sebagai salah satu partai pengusung. Pasalnya, jika pertemuan Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, dengan AHY di markas Demokrat dijadikan acuan AHY mendampingi Anies dinilai belum sah karena tidak melibatkan PKS.

Baca Juga: Perebutan Kursinya Jokowi Makin Tegang, Elite AHY Mulai Soroti Duet Anies Baswedan: Ingat, Sesuai Konsensus...

"Pertemuan Surya Paloh dengan AHY waktu lalu belum dengan PKS. Jadi kalau cawapresnya AHY, belum mengerucut juga. Kalau sudah tiga partai bertemu, baru ada arah seperti itu. Kalau masih dua arah antara Surya Paloh dengan AHY, NasDem dengan Demokrat saya kira masih belum cawapresnya mengarah ke AHY," tandas Ujang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: