Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Centris Minta China Beri Amnesty Utang Negara Miskin dan Berkembang

Centris Minta China Beri Amnesty Utang Negara Miskin dan Berkembang Bendera nasional Tiongkok terlihat di Beijing, Tiongkok, 29 April 2020. | Kredit Foto: Reuters/Thomas Peter
Warta Ekonomi, Jakarta -

China adalah salah satu negara kreditur bilateral terbesar di seluruh dunia. Melalui program Belt and Road, uang Beijing mulai mengalir ke negara-negara miskin dan berkembang, yang awalnya ditujukan untuk pembangunan infrastruktur.

Seiring perjalanan waktu, hampir sebagian besar negara miskin atau berkembang yang berhutang ke China, mengalami kesulitan untuk melunasi hutang tersebut.

Kesulitan negara-negara miskin atau berkembang ini, dapat dilihat saat mereka mencoba merestrukturisasi hutang China sebagai jalan keluar saat ekonomi negaranya semakin terpuruk, di masa pandemi Covid-19.

Akan tetapi, jalan keluar yang diambil oleh negara-negara miskin atau berkembang tersebut, tidak juga melepaskan mereka dari jeratan hutang China yang tentunya semakin membebani negaranya.

Menanggapi hal ini, Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) menilai China seharusnya bijaksana dalam merespons kesulitan negara-negara miskin atau berkembang yang berhutang kepada Beijing.

Peneliti senior CENTRIS, AB Solissa mengatakan, Beijing dapat mencontoh negara-negara kreditur lainnya seperti Amerika Serikat dan India, yang berani menghapus sebagian atau mengurangi besaran hutang negara-negara yang meminjam dana kepada mereka.

“Yang menjadi pertanyaannya, apakah China setuju untuk menghapus sebagian pembayaran atau mengurangi hutang, seperti yang dilakukan oleh negara kreditur lainnya seperti Amerika Serikat dan India?,” kata AB Solissa kepada wartawan, Jum’at (3/3/2023).

Tindakan yang benar baik secara moral maupun finansial, lanjut AB Solissa, adalah Beijing berani mengikuti jejak Amerika Serikat dan India yang memberikan amnesty hutang kepada negara miskin atau berkembang.

Saat pertemuan kelompok G20 di India untuk membahas pengampunan hutang pada saat bahaya fiskal bagi banyak negara termiskin di dunia, China terlihat sangat enggan berpartisipasi dalam gerakan moral tersebut.

Dalam pertemuan ini, negara-negara dunia membahas data yang dikeluarkan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva, terkait 60 % negara berpenghasilan rendah atau sedang yang hampir mengalami kesulitan membayar hutang kepada negara kreditur.

Jalan keluar terbaik untuk membantu permasalahan hutang negara-negara miskin atau berkembang tersebut adalah semua kreditur pemerintah dan sektor swasta menyetujui pengurangan utang yang signifikan.  

“Setelah itu, organisasi internasional seperti IMF dan Bank Dunia dapat turun tangan untuk memberikan pinjaman dan bantuan berbiaya rendah yang sangat dibutuhkan,” ujar AB Solissa.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: