Kondisi Keuangan Twitter Masih Goyah, Elon Musk Salahkan Media Bikin Pengiklan Kabur
Kondisi keuangan Twitter sejak diambil alih oleh Elon Musk tampaknya tak membaik secara signifikan. Bahkan, menurut laporan baru dari Wall Street Journal, kondisinya tidak terlalu bagus.
Namun, karena Musk menjadikan perusahaan itu pribadi pada bulan Oktober, mungkin sulit untuk mengumpulkan keuangannya yang goyah dari luar.
Tapi sekarang, sumber mengatakan kepada WSJ bahwa Twitter mendapat pukulan besar pada bulan Desember dengan pendapatan yang disesuaikan telah anjlok sebesar 40 persen dari tahun ke tahun, menurut pembaruan kepada investor.
Baca Juga: Elon Musk Diam-Diam Beli Tanah Ribuan Hektar di Texas, Ternyata Mau Dibikin Kota!
Melansir Futurism di Jakarta, Senin (13/3/23) kemungkinan penyebab terbesar penurunan pendapatannya yang cukup besar adalah eksodus pengiklan yang panik dan takut akan meningkatnya ujaran kebencian serta konten berbahaya di platform karena sikap Musk yang dianggap longgar pada "kebebasan berbicara".
Menurut analisis yang dilakukan oleh Pathmatics, dikutip WSJ, lebih dari 70 dari 100 pengiklan teratas Twitter telah berhenti membelanjakan uang di platform tersebut.
Sebelum pengambilalihan Musk, pengiklan menyumbang sekitar 90 persen dari pendapatan Twitter. Mengatakan bahwa mereka akan sangat dirindukan adalah pernyataan yang meremehkan.
Namun demikian, entah karena ketidaktahuan, keangkuhan, atau upaya untuk mempertahankan kemiripan kontrol, Musk menyatakan bahwa dia mengendalikan keuangan perusahaan dengan mengagumkan.
Pada konferensi Morgan Stanley, Musk sempat mengklaim Twitter akan bangkrut dalam empat bulan jika bukan karena pemotongan biaya yang agresif, termasuk memecat lebih dari setengah tenaga kerjanya dan menolak membayar sewa atau bahkan tagihan.
"Dengan tidak adanya tindakan, Twitter akan memiliki biaya USD6 miliar (Rp92 triliun) dan pendapatan USD3 miliar (Rp46 triliun)," katanya, seperti dikutip dari The New York Times.
Musk dengan senang hati mengambil pujian atas keuntungan itu, tetapi beralih ke lubang berbentuk pengiklan dalam pendapatan Twitter dan menyebut penurunannya bersiklus, politis, serta menyalahkan media atas hilangnya kepercayaan pengiklan.
"Percayalah apa yang Anda lihat di Twitter dan bukan apa yang Anda lihat di koran," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Advertisement