Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

M. Qodari Sebut Konstelasi Pilpres 2024 Sudah Terbayang Tapi Belum Pasti

M. Qodari Sebut Konstelasi Pilpres 2024 Sudah Terbayang Tapi Belum Pasti Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mengatakan meskipun sejumlah nama tokoh muncul sebagai kandidat calon presiden (capres) dalam beberapa survei dan poros koalisi sudah terbentuk namun konstelasi Pilpres 2024 masih belum pasti.

“Kepastian baru didapat pada 19 Oktober 2023 saat pendaftaran capresnya dibuka, artinya apa kurang lebih 6 bulan lah dari sekarang baru kita bisa mendapatkan kepastian mengenai konstelasi politik,” ujar Qodari saat diskusi Pemilu 2024: Konstelasi, Variabel Penentu dan Pemenangnya, di di FX Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (21/3/2023).

Diketahui saat ini, kata Qodari, terdapat tiga koalisi yang telah dibentuk yaitu Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) dari Partai Gerindra dan PKB yang merekomendasikan Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden.

Kemudian, ada pula Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, PAN, dan PPP. Pada poros ini, belum ada calon presiden yang akan diusung tetapi Partai Golkar menetapkan Airlangga Hartarto sebagai calon presiden.

Ketiga, Koalisi Perubahan yang merupakan gabungan dari Partai Demokrat, PKS, dan Nasdem mengusung Anies Baswedan sebagai bakal capres.

"Sementara itu, PDIP diketahui masih menjalin komunikasi dengan berbagai partai politik tetapi belum resmi mengumumkan koalisi dan calon presidennya," ujar Qodari.

Lanjut Qodari, berdasarkan UU Pemilu yang termaktub dalam Undang-Undang No 7 tahun 2017 tentang Pemilu yang mensyaratkan pasangan calon presiden dan wakil presiden harus diusulkan oleh partai atau gabungan partai dengan dukungan paling sedikit 20% atau memperoleh 25% suara secara nasional.

“Jadi baru bisa mencalonkan kalau kursinya 115 tidak ada di undang-undang ini setahu saya saat maju calon presiden adalah survei elektabilitasnya 20%, tidak ada itu,” terang Qodari.

Qodari menyebut dari sisi skenario potensi majunya nama calon presiden berdasarkan kekuatan partai bisa terbentuk 3 atau 4 poros koalisi.

Pada skenario koalisi 4 poros tersebut, yakni pertama poros Gerindra PKB jumlah kursi 136, kedua Golkar, PAN dan PPP jumlah kursi 146, ketiga Nasdem, Demokrat, PKS jumlah kursi 163 dan PDI P mengajukan sendiri dengan jumlah kursi 128.

Sementara, pada koalisi 3 poros, Qodari prediksi akan terbentuk antara Gerindra dan PKB jumlah 136 kursi, selanjutnya PDIP, Golkar, PAN dan PPP 276 kursi serta poros Nasdem, Demokrat dan PKS jumlah 163 kursi.

“Konstelasi sudah terbayang tapi belum pasti, Prabowo berasal dari koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, Anies Baswedan dari Koalisi Perubahan, sementara Koalisi Indonesia Bersatu, Golkar, PPP dan PAN dan capres koalisi PDIP belum jelas,” urainya.

Lanjut Qodari, dari skenario berdasarkan elektabilitas tiga nama besar yang sering muncul adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

Koalisi KIB, kata Qodari, tidak akan berani mengajukan Ganjar sebagai calon presiden, sebab jika KIB mendukung Ganjar tentu sudah lama akan dideklarasikan.

“Kenapa tidak pertama kalau berani sudah dari kemarin-kemarin yang kedua begitu KIB mengajukan calon Ganjar Pranowo tanpa persetujuan Bu Mega dan Ganjar mengamini, ya Bu Meganya marah dan mengajukan calon yang lain katakanlah Puan Maharani,” ucap Qodari.

“Begitu Ganjar maju, Puan maju dua-duanya "lewat" (gagal) di putaran pertama karena berebut basis suara yang sama. Nah Bu Mega ini menjadi variabel yang sangat ditunggu. Jadi Bu Mega sangat menentukan," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: