- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Harga Listrik EBT Tidak Berbanding Lurus dengan Listrik dari Fosil dalam Beberapa Tahun Terakhir
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan harga listrik yang bersumber dari Energi Baru Terbarukan (EBT) setiap tahunnya terus menurun atau tidak berbanding lurus dengan listrik yang bersumber dari fosil.
Fabby menyebut bahwa selama satu dekade terakhir harga listrik dari PLTM terus meningkat rata-rata, berdasarkan data yang ada, harga listrik dari PLTM di atas 15 sen per kwh.
Sedangkan harga listrik yang bersumber dari PLTU batu bara cenderung stabil, jadi kalau dlihat lebih jauh hampir semua kecenderungan harga pembangkit energi thermal stabil atau naik.
Baca Juga: Indonesia Belum Mampu Imbangi Pertumbuhan Pembangunan Pembangkit EBT Global
"Tetapi pembangkit EBT harganya semakin turun, dalam satu dekade terakhir PLTS turun 90 persen dan PLTB turun 80 persen," ujar Fabby dalam konferensi pers virtual, Jumat (24/3/2023).
Fabby mengataka, harga listrik dari pembangkitan energi thermal dan nuklir dipengaruhi oleh faktor harga bahan bakar, harga batu bara, harga gas, harga biomassa, dan harga uranium, dan biaya operation and maintenance.
Sementara listrik dari bahan bakar fosil dipengaruhi oleh berbagai faktor tidak saja atas keseimbangan pasokan dan permintaan tetapi juga geopolitik, seperti harga minyak yang sangat dipengaruhi oleh keputusan OPEC untuk menaikkan atau menurunkan produksi.
Demikian juga perubahan pada harga minyak atau energi fosil akan memengaruhi komodiras energi fosil lainnya. Ia menilai bahwa hal tersebutlah yang sangat membedakan dengan pembangkit EBT.
"Harga pembangkit EBT itu tidak dipengaruhi oleh harga bahan bakar karena pembangkit listrik surya, angin, dan panas bumi tidak terpengaruh oleh harga bahan bakar karena tidak menggunakan bahan bakar. Jadi, berapa pun harga bahan bakar di pasar komoditas global tidak akan memengaruhi harga listrik dari EBT," ujarnya.
Selain itu, biaya operasional dan perawatan relatif lebih rendah. Di mana jika harga operasional dan perawatan pembangkit thermal terkendali, tapi relatif tinggi karena dipengaruhi oleh faktor inflasi.
Sedangkan harga perawatan dan operasional untuk pembangkit energi terbarukan baik itu PLTS, PLTB, dan panas bumi, relatif stabil atau bahkan lebih rendah dibanding yang lain.
Fabby melanjutkan, saat ini juga tengah terjadi penurunan harga untuk beberapa teknologi yang didorong oleh inovasi dan peningkatan performa teknologi seperti kenaikan efisiensi sel surya yang saat ini sudah mencapai rata-rata tingkat komersial 23-25 persen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lima tahun lalu.
"Kemudian efisiensi power condition seperti efisiensi inverter, kemudian efisiensi turbin angin yang semakin tinggi, kemudian teknologi remote monitoring, kemudian inovasi pada pembersihan PLTS atau modul surya yang membuat harga teknologi ini semakin kompetitif, biaya O&M-nya bertambah rendah dan biaya Capex-nya semakin turun," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Advertisement