Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Petani Kopi Didorong Tingkatkan Literasi Soal Iklim

Petani Kopi Didorong Tingkatkan Literasi Soal Iklim Kredit Foto: Antara/Anis Efizudin
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus menggencarkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) dengan menyasar berbagai komoditas unggulan pertanian. Salah satunya yaitu komoditas kopi di Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.

Seperti diketahui, kopi Temanggung sudah terkenal di sejumlah kota besar di Indonesia, bahkan sudah ekspor ke beberapa negara. Kopi Temanggung juga sering menyabet gelar juara dalam kontes kopi nasional maupun internasional dengan dua jenis kopi unggulannya, yakni robusta dan arabika.

Tercatat hingga saat ini, lahan perkebunan kopi di Kabupaten Temanggung telah mencapai 9,536,37 hektar atau 23,99% dari total luas tanaman kopi di Jawa Tengah.

Kabupaten Temanggung juga memberikan kontribusi untuk total produksi kopi Jawa Tengah sebesar 11.560,27 ton atau 56,97% dari total produksi kopi Jawa Tengah. Merujuk data tahun 2014, produksi kedua jenis kopi tersebut sangat signifikan yakni sebesar 2,4 juta ton untuk arabika dan 10,2 juta ton untuk robusta.

"Saat ini yang menjadi sasaran kami adalah petani kopi, mengingat Temanggung menjadi salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia," ungkap Kepala BMJG Dwikorita saat membuka SLI di Temanggung, kemarin,

Dwikorita menyebut, lewat SLI, BMKG berupaya membantu petani memahami informasi iklim. Terlebih, pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan di tempat terbuka sehingga sangat berkaitan dengan cuaca dan iklim. Sehingga, kalau petani kopi tidak dibekali informasi iklim maka tingkat kegagalan tinggi dan berdampak produksi kopi secara nasional.

Apalagi, kata Dwikorita, faktanya Indonesia adalah salah satu negara produsen dan eksportir kopi paling besar di dunia. Sedangkan berkaitan dengan komoditi-komoditi agrikultur, kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.

Singkatnya, lanjut Dwikorita sebagai komoditas unggulan,I ndustri kopi telah berkontribusi sebagai pendorong pendapatan petani kopi, sumber devisa negara, penghasil bahan baku industri, hingga penyedia lapangan pekerjaan melalui kegiatan pengolahan, pemasaran, serta perdagangan ekspor dan impor.

"Harapan kami, setelah petani dibekali ilmu tentang cuaca dan iklim maka kedepan volume produksi dan kualitas kopi Indonesia semakin meningkat dan stabil sehingga daya saing kopi Indonesia di pasar internasional semakin kuat," imbuhnya.

"Hilirnya tentu saja kesejahteraan para petani juga akan meningkat dan angka kemiskinan dapat semakin menurun. Bagaimanapun cuaca dan iklim sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian dan perkebunan, serta ketahanan pangan suatu negara," pungkas Dwikorita.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Advertisement

Bagikan Artikel: