Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peluang Anas Urbaningrum dan Moeldoko Berduet Untuk Jegal Demokrat di Pemilu 2024

Peluang Anas Urbaningrum dan Moeldoko Berduet Untuk Jegal Demokrat di Pemilu 2024 Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ceo & Founder Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menganalisis mantan ketua umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum berpeluang bergabung dengan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko.

Tujuannya, menggoyang kepengurusan Partai Demokrat yang dipimpin Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). 

Hanya saja, Pangi pesimistis upaya Anas untuk merongrong Demokrat lewat isu Hambalang bakal berdampak besar. Sebab menurutnya, era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah berakhir. Anas disebut Pangi sebaiknya menggunakan cara lain kalau ingin melawan SBY. 

Baca Juga: Anas Urbaningrum Disamakan dengan Nelson Mandela, Demokrat Jelas Nggak Terima: Beda Kasus!

"Anas bisa melakukan apapun, tergantung garis perjuangan beliau sebagai aktivis, yang beliau bilang perjuangan terhadap keadilan. Namun bagi saya Hambalang dan SBY sudah closing, nggak ngefek lagi. Anas berpikir pada yang lebih besar lagi, termasuk bergabung dengan Moeldoko ya mungkin saja kalau beliau mau," kata Pangi kepada Republika, Rabu (12/4/2023). 

Pangi mengamati, kalau pun Anas dan Moeldoko resmi berkongsi maka akan terjadi debat panas. Pasalnya, ia meragukan upaya Moeldoko merebut Demokrat sejalan dengan prinsip Anas dalam berpolitik. 

"Apakah Moeldoko takeover atau akuisisi Partai Demokrat yang beliau bukan siapa siapa dan bukan kader Demokrat itu yang sama yang dimaksud Anas sebagai gerakan api aktivis perjuangan keadilan?" ujar Pangi. 

Pangi juga memandang, isu perlawanan Anas terhadap SBY tak berlangsung lama. Perlawanan itu, lanjut dia, bakal berjalan panas kalau terjadi ketika SBY masih berkuasa. 

Dalam pidatonya saat keluar penjara, Anas memang melontarkan sindiran mengenai adanya pihak yang menggunakan pihak lain untuk menggebuk atau nabok nyilih tangan. 

Sindiran ini diduga ditujukan kepada SBY yang menggunakan KPK untuk memenjarakan Anas. 

"Anas ini lebih besar dari Demokrat, sayang hanya bicara Hambalang dan SBY beliau bisa kembali menjadi besar, karena kita pemaaf, meski hak politik Anas dicabut lima tahun," ujar Pangi. 

Selain itu, Pangi mengungkapkan, Anas memang ditakuti ketika masih aktif di Demokrat. Bahkan saat itu ada istilah Anas Effect yang bisa mengambil alih Partai Demokrat dari kubu Cikeas. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Advertisement

Bagikan Artikel: