Pemimpin Sekte Sesat Janjikan Jemaatnya Temui Tuhan, 47 Orang Malah Mati Kelaparan
Polisi Kenya menemukan 47 jasad di dekat kota pesisir Malindi. Mereka adalah korban pendeta yang diduga kuat menyuruh para pengikutnya untuk mati kelaparan demi bertemu Tuhan Yesus.
Dilansir laman BBC International pada Selasa ( 25/4/2023), jasad anak-anak termasuk di antara mereka yang tewas. Kuburan dangkal itu berada di hutan Shakahola. Sebelumnya, wilayah itu menjadi tempat penyelamatan 15 anggota Gereja Good News International Church.
Baca Juga: Jeda Perang Sudan Dimanfaatkan Banyak Negara buat Evakuasi, Indonesia Gak Mau Ketinggalan
Pemimpin gereja tersebut adalah Paul Makenzie Nthenge yang sudah ditahan sambil menunggu sidang. Penyiar negara KBC menyebut pendeta itu sebagai "pemimpin sekte." Media itu juga melaporkan bahwa sejauh ini 58 kuburan telah diidentifikasi.
Salah satu kuburan diyakini berisi jenazah lima anggota keluarga yaitu tiga anak dan orang tua mereka. Kendati banyaknya korban jiwa, Nthenge telah membantah melakukan kesalahan, tetapi jaminan ditolak. Dia bersikeras bahwa dia telah menutup gerejanya pada 2019.
Dia diduga mengatakan kepada pengikutnya untuk membuat diri mereka kelaparan demi "bertemu Yesus". Harian Kenya, The Standard, mengatakan ahli patologi akan mengambil sampel DNA dan melakukan tes untuk menentukan apakah korban meninggal karena kelaparan.
Polisi menangkap Nthenge pada 15 April setelah menemukan mayat empat orang yang diduga mati kelaparan.
"Ketika kita berada di hutan ini dan datang ke daerah di mana kita melihat sebuah salib besar dan tinggi, kita tahu itu berarti lebih dari lima orang dimakamkan di sana," kata Victor Kaudo dari Pusat Keadilan Sosial Malindi.
Menteri Dalam Negeri Kenya, Kithure Kindiki, mengatakan hutan seluas 800 hektar telah ditutup dan dinyatakan sebagai TKP. Nthenge diduga menyebutkan tiga desa Nazareth, Bethlehem dan Yudea dan membaptis pengikutnya di kolam sebelum menyuruh mereka berpuasa.
Kenya adalah negara yang religius dan ada kasus-kasus sebelumnya tentang orang-orang yang dibujuk ke dalam gereja atau kultus yang berbahaya. Praktik keagamaan itu tidak diatur.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement