Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bos Mercedes-Benz: Tanpa China, Ekonomi Raksasa Uni Eropa Bukan Apa-apa

Bos Mercedes-Benz: Tanpa China, Ekonomi Raksasa Uni Eropa Bukan Apa-apa Kredit Foto: Reuters/Thomas Peter
Warta Ekonomi, Beijing -

Memutuskan hubungan dengan China akan membuat sebagian besar industri Jerman terancam, demikian peringatan CEO produsen mobil mewah Mercedes-Benz pada Minggu (30/4/2023).

Ola Kaellenius diwawancarai oleh surat kabar Bild am Sonntag setelah kembali dari perjalanan bisnis ke China, pasar terbesar dan terpenting bagi pabrikan Jerman.

Baca Juga: Centris Sebut China Pencitraan soal Pertumbuhan Ekonomi

Ada kekhawatiran yang berkembang di Jerman dan Uni Eropa secara keseluruhan tentang ketergantungan ekonomi kawasan ini terhadap China, yang merupakan salah satu mitra dagang utama dan pemasok utama bahan baku yang penting untuk transisi hijau.

"Para pemain utama dalam ekonomi global --Eropa, Amerika Serikat, dan China-- sangat erat terkait sehingga melepaskan diri dari Cina menjadi tidak masuk akal," kata Kaellenius.

"Melepaskan diri dari Cina adalah sebuah ilusi, dan juga tidak diinginkan," tambahnya, seperti dikutip RT.

China memiliki pasar mobil terbesar di dunia, dan produsen mobil Jerman sangat bergantung padanya. Pemegang saham utama Mercedes-Benz adalah Grup BAIC China dan Ketua Geely Li Shufu.

Pada tahun 2022, China menyumbang 18% dari pendapatan dan 37% dari penjualan mobil di Mercedes-Benz, menurut Reuters.

"Hal itu tidak akan terpikirkan oleh hampir seluruh industri Jerman," jawab bos Mercedes-Benz, ketika ditanya apakah mungkin bagi Mercedes-Benz untuk menghentikan bisnisnya di China, jika ketegangan politik di sekitar Taiwan meningkat seperti yang terjadi dengan Rusia setelah dimulainya konflik di Ukraina.

Eropa bergantung pada China untuk 98% elemen tanah jarangnya, yang digunakan dalam pembangkit listrik tenaga angin, penyimpanan hidrogen, dan baterai. Eropa juga mendapatkan 97% lithium untuk baterai dari negara ini.

China memiliki posisi dominan dalam memproses tanah jarang, dengan sekitar 60% lithium dunia dimurnikan di negara Asia Timur ini. Uni Eropa juga mendapatkan 80% panel surya dari Cina.

"Industri Jerman harus menjadi 'lebih tangguh' dan lebih independen dari masing-masing negara, misalnya dalam hal baterai lithium," kata Kaellenius.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bulan lalu bahwa tidak mungkin bagi blok ini untuk memisahkan diri dari China, tetapi perlu mengurangi risiko dan "menyeimbangkan kembali" hubungan ekonominya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: