Polemik Pesantren Al Zaytun, SAS Institute: Ada Operasi Intelijen Menjelang Pemilu 2024
Kredit Foto: Instagram
Pada Awal Syawal, beredar sebuah video yang mempertontonkan sebuah prosesi salat Ied dengan mencampur shaf pria dan wanita dalam satu barisan. Setelah ditelusuri, kejadian itu terjadi pada waktu salat Ied 1 Syawal 1444 H di Pesantren Al Zaytun, Patrol, Indramayu.
Polemik publik terus berjalan karena pemberitaan terkait dengan video tersebut juga begitu gencar di sosial media. Kejanggalan lain juga bukan saja terkait dengan shaf yang dicampur. Namun juga bagaimana para jamaah salat Ied duduk di atas kursi lipat dengan kerapatan shaf yang sangat renggang.
Dalam sebuah penjelasan, pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang, menjelaskan hal itu adalah urusan perempuan. Dalam penjelasannya, dia mengatakan bahwa dibebaskan kaum perempuan untuk mengambil shaf depan di belakang Imam salat.
Dirinya juga menekankan mazhab yang dianut adalah mazhab Bung Karno. "Kalau ditanya mazhabnya apa, la nanti saya jelaskan aneh lagi. Ini Mazhab Bung Karno. Karena saya pernah bertemu beliau saat kelas 3 SD (Sekolah Rakyat)," jelas Panji Gumilang.
Tidak tanggung-tanggung, bahkan Panji Gumilang meyakini bahwa Megawati Soekarnoputri selaku anak kandung dari Ir. Soekarno tidak pernah membaca buku Dibawah Bendera Revolusi (DBR), karya Bung Karno.
"Saya membaca Dibawah Bendera Revolusi (DBR) secara mendalam, hingga tuntas. Bukan hanya membaca, bahkan saya menghafal setiap baris isi buku. Jangan-jangan Ibu Megawati tidak pernah membaca buku ini," Panji Gumilang memaparkan dalam video singkat yang beredar.
Abi Rekso selaku Sekretaris Eksekutif Said Aqil Sirodj (SAS) Institute, menilai ada sebuah prakondisi Pemilu 2024 dengan kembali menarik-narik isu Islam.
"Ini ada operasi intelijen yang bekerja untuk kepentingan pemilu 2024. Kenapa video ini baru muncul tiba-tiba tahun ini? Sebenarnya, secara dalil hukum dan hadis sudah dijelaskan oleh Kiai Marsudi Syuhud dari MUI secara gamblang dan jelas. Bisa ditonton di Youtube, itu tuntas sudah semuanya beliau jelaskan," katanya.
Abi Rekso melihat ada indikasi yang ingin kembali menggunakan isu Islam, untuk mengeruhkan situasi menjelang Pemilu 2024. Dirinya mencatat ada dua hal penting yang harus dipahami publik terkait isu ini.
Pertama, ada kesan kontroversi ini sengaja diciptakan dengan pendekatan intelijen politik tertentu. Kedua, dengan menyatakan aturan shaf shalat dicampur mengacu pada Mazhab Bung Karno ini juga keliru bahkan cenderung sesat.
Ketika ditanya lebih dalam terkait operasi intelijen dari pihak mana, Abi Rekso menyatakan ada kelompok yang sedang bekerja untuk kepentingan politik tertentu menjelang 2024.
"Produk intelijen itu tidak selalu diciptakan dari BIN (Negara), organisasi intelijen asing atau swasta juga bisa melakukan cipta kondisi itu. Ya, kita tahu Al Zaytun sendiri adalah produk intelijen dari rezim lama," papar Sekretaris Eksekutif SAS Institute.
Kaitannya dengan pernyataan Panji Gumilang terkait mazhab Bung Karno, Abi Rekso juga menilai ini adalah hal yang perlu diluruskan karena bisa menjadi hal yang sensitif bagi kaum Muslimin di Indonesia.
"Pernyataan saudara Panji Gumilang ini, berbahaya. Karena Bung Karno dalam Dibawah Bendera Revolusi tidak pernah membahas terkait dengan tata cara dan syariat salat. Selain itu, Islam hanya mengenal empat mazhab; Imam Hanafi, Imam Syafi'i, Imam Maliki, dan Imam Hambali. Jadi tidak ada itu Syariat Islam mazhab Bung Karno, itu pernyataan sesat. Pernyataan saudara Panji ini berpotensi menghasut umat Muslim Indonesia," tutup Abi Rekso.
Dirinya pun mengimbau masyarakat Muslim untuk tidak mudah terhasut dengan isu-isu seperti ini. Karena MUI sudah memberikan penjelasan yang lugas, dan masyarakat bisa mengacu kembali kepada MUI jika ada hal-hal yang rancu seperti ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait:
Advertisement