Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ungkap Keuntungan Naik 130% di Tiga Bulan Pertama 2023, NICL Juga Umumkan Bakal Bagi Dividen

Ungkap Keuntungan Naik 130% di Tiga Bulan Pertama 2023, NICL Juga Umumkan Bakal Bagi Dividen Kredit Foto: NICL
Warta Ekonomi, Jakarta -

Emiten pertambangan nikel yang berbasis di Sulawesi, PT PAM Mineral Tbk (NICL) selama periode 3 bulan pertama tahun 2023, berhasil meningkatkan penjualan sebesar 14,71%  menjadi Rp 254 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun yakni sebesar Rp 222 miliar. Dari sisi laba usaha NICL membukukan kenaikan yang signifikan , dimana laba usaha NICL meroket sebesar 216,77% menjadi sebesar Rp. 77 M dibandingkan laba usaha pada periode yang sama tahun 2022 yakni sebesar Rp 24,5 miliar. Sedangkan laba bersih NICL melonjak sebesar 135% menjadi Rp 58,21 miliar dari sebelumnya Rp 24,73 miliar.

“Perseroan cukup gembira atas kinerja 3 bulan pertama di tahun 2023, ditengah kondisi operasional yang cukup menantang yakni adanya kendala curah hujan yang cukup tinggi pada periode Januari hingga Maret 2023, Perseroan masih bisa meningkatkan kinerja operasional yang cukup signifikan,” Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka, dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (3/5/2023). 

Baca Juga: Laba Bersih NICL Meroket Sebesar 230% Menjadi Rp150 Miliar

Pada sisi neraca, hingga 31 Maret 2023, NICL berhasil membukukan peningkatan total asset sebesar 15,18% menjadi sebesar Rp 692 miliar jika dibandingkan posisi neraca pada 31 Desember 2022 serta pertumbuhan ekuitas sebesar 15,05% menjadi sebesar Rp 572 miliar dari posisi ekuitas pada 31 Desember 2022.

Sepanjang tahun lalu, PAM membukukan penjualan sebesar Rp 1,13 triliun, melejit 170% dari tahun sebelumnya Rp 419,45 miliar. Laba bersih juga naik signifikan 230% mencapai Rp 150,21 miliar dari sebelumnya Rp 45,50 miliar.

PAM Mineral masih memiliki ekuitas di 2022 Rp 497,32 miliar, naik 43% dari tahun sebelumnya Rp 347,09 miliar, dengan aset yang juga tumbuh 44% menjadi Rp 600,87 miliar dari tahun sebelumnya Rp 417,35 miliar.

Ruddy mengatakan Perseroan berencana untuk melakukan pembagian dividen tunai untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2022 sebesar 20% dari laba bersih yang diperoleh Perseroan. “Rencana pembagian dividen tunai ini telah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, yang telah diselenggarakan pada hari Rabu, 3 Mei 2023.” tambah Ruddy

NICL juga menargetkan produksi nikel pada tahun ini menjadi sebesar 2.600.000 metrik ton (MT), meningkat 24% dari realisasi produksi tahun 2022 sebesar 2.100.000 MT yang berasal dari tambang PAM dan entitas anak PT Indrabakti Mustika (IBM).

Peningkatan target produksi ini didasari dengan adanya kenaikan harga yang cukup signifikan dan lebih kompetitif untuk Harga Patokan Mineral (HPM). Target produksi tersebut juga untuk bijih nikel kadar 1,3-1,75% Ni. 

Ruddy Tjanaka mengatakan saat ini, produksi perseroan berasal dari dua entitas, yaitu dari pertambangan PAM dan IBM, anak usaha PAM dengan kepemilikan langsung sebesar 99,05% saham.

Ruddy menjelaskan peningkatan target produksi tersebut juga didukung dengan estimasi permintaan yang cukup tinggi dari konsumen di tahun 2023.

“Dengan adanya peningkatan produksi akan memberikan dampak yang positif bagi kinerja operasional dan keuangan kami yang nantinya akan tercermin dalam peningkatan laba bersih perseroan. Pada akhirnya akan memberikan nilai tambah yang positif bagi pemegang saham dan stakeholder,” katanya usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Rabu (3/5/2023).

Baca Juga: Emitennya Wulan Guritno Bakal Bagikan Dividen ke Pemegang Saham, Segini Jumlahnya

Selain itu, target tersebut juga mempertimbangkan situasi geopolitik internasional yang masih belum kondusif. Kondisi ini akan mempengaruhi harga solar industri yang merupakan komponen terbesar dalam biaya produksi. Hal ini akan menyebabkan semakin besarnya modal kerja yang dibutuhkan perseroan untuk meningkatkan produksi.

Dengan pertimbangan tersebut, kata Ruddy, kebutuhan modal kerja akan semakin besar sehingga perseroan melakukan perubahan penggunaan sisa dana hasil penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dan perubahaan dana hasil pelaksanaan waran.

Perseroan sudah meminta persetujuan dari pemegang saham sehubungan dengan perubahan penggunaan sisa dana hasil penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dan perubahaan dana hasil pelaksanaan waran melalui Rapat Umum Pemegang saham yang telah diselenggarakan pada hari Rabu, tanggal 3 Mei 2023 yang lalu.

Ruddy menjelaskan bahwa perseroan akan fokus pada rencana eksplorasi, produksi dan hilirisasi. Rencana eksplorasi bertujuan untuk menambah inventory cadangan nikel, sementara rencana produksi diterapkan dengan merevisi Dokumen Studi Kelayakan (feasibility study) untuk 2024 – 2025 dan melakukan perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) pada 2024.

Sementara itu, rencana hilirisasi akan dilakukan dengan ikut serta dalam proses pengolahan bijih nikel kadar rendah dengan teknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) yang menghasilkan produk olahan nikel kelas dua berupa nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi), untuk kemudian dibuat menjadi stainless steel.

“Kami akan meningkatkan kegiatan eksplorasi dan produksi di tahun ini seiring dengan pertumbuhan kinerja dan tingginya kebutuhan nikel, terutama industri manufaktur, konstruksi, dan bahan baku produksi baterai kendaraan listrik atau EV,” kata Ruddy.

Menurut Ruddy, prospek bisnis PAM akan ditopang oleh prospek tingginya permintaan bijih nikel kadar tinggi, terutama karena industri pengolahan (smelter). Hadirnya industri baterai nasional, seiring tumbuhnya smelter dengan teknologi hydrometalurgi, juga akan mendorong kinerja PAM dengan diserapnya nikel kadar rendah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: