Bukan Cuma Rusia, China Mulai Ketar-ketir dengan Kehadiran NATO di Asia
Pada Februari 2022, Rusia memulai serangannya ke Ukraina. Kala itu, Rusia mengeklaim perlu menyerang untuk mengamankan negara mereka dari kekuatan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang kian dekat ke Ukraina.
Kini, China menggaungkan kekhawatiran serupa. China menyerukan "kewaspadaan tinggi" diperlukan dalam menghadapi ekspansi NATO ke arah timur, pada Kamis (4/5/2023).
Baca Juga: Patut Dipuji, Bom Cerdas JDAM Ciptaan Amerika Sukses Dijegal Militer Rusia
Seruan Beijing itu dikeluarkan setelah sebuah laporan media mengatakan bahwa Aliansi Pakta Atlantik Utara berencana mendirikan sebuah kantor di Jepang demi memfasilitasi konsultasi dengan para sekutunya di wilayah tersebut.
NATO berencana membuka kantor penghubung pertamanya di Asia, yakni di Jepang, untuk memfasilitasi pembicaraan dengan mitra-mitra keamanan, seperti Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
Pembukaan kantor penghubung di Asia ini dengan mempertimbangkan tantangan geopolitik dari China dan Rusia, sebagaimana dilaporkan Nikkei Asia pada Rabu (3/5/2023), mengutip para pejabat Jepang dan NATO.
Mao Ning, juru bicara kementerian luar negeri China, mengatakan bahwa Asia merupakan lahan yang menjanjikan untuk kerja sama dan pembangunan dan seharusnya tidak menjadi arena pertempuran geopolitik.
"Ekspansi NATO ke arah timur yang terus-menerus di Asia-Pasifik, campur tangan dalam urusan regional, upaya untuk menghancurkan perdamaian dan stabilitas regional, dan mendorong konfrontasi blok menuntut kewaspadaan yang tinggi dari negara-negara di kawasan ini," kata Mao dalam konferensi pers rutinnya.
Nikkei Asia mengatakan bahwa kantor yang diusulkan tersebut akan dibuka tahun depan di Tokyo. Ditanya mengenai laporan Nikkei Asia, juru bicara NATO Oana Lungescu mengatakan, sebelumnya aliansi ini tidak akan menjelaskan secara terperinci mengenai pertimbangan para sekutu NATO.
"NATO memiliki kantor-kantor dan pengaturan penghubung dengan sejumlah organisasi internasional dan negara-negara mitra, dan para sekutu secara teratur menilai pengaturan penghubung tersebut untuk memastikan bahwa mereka melayani kebutuhan NATO dan para mitra kami dengan sebaik-baiknya," katanya.
Lungescu mengatakan bahwa NATO memiliki kemitraan yang erat dengan Jepang. Dan hubungan ini akan terus berkembang dengan sekutu NATO lainnya.
China saat ini menghadapi sejumlah front yang berpotensi jadi konflik terbuka. Di bagian timur, China belakangan kerap melakukan unjuk latihan militer ke wilayah Taiwan yang mereka klaim, tapi sejak lama menuntut merdeka.
Latihan-latihan itu guna menanggapi sikap Amerika Serikat yang menyatakan akan membela Taiwan bila diserang. Sementara, China membuka opsi serangan fisik bila ada gerakan-gerakan mendukung kemerdekaan Taiwan.
Sementara itu, di selatan, China terlibat sengkarut klaim wilayah di Laut China Selatan dengan sejumlah negara. Sejauh ini yang paling kencang menantang adalah Filipina.
Negara tersebut baru-baru ini mengizinkan Amerika Serikat yang juga merupakan pimpinan de facto NATO mendiami empat pangkalan militer di wilayah mereka. Amerika Serikat dan Filipina baru-baru ini juga melakukan latihan militer dan menembakkan rudal ke arah Laut China Selatan.
Lebih jauh, pekan ini, AS mengultimatum China agar menghentikan perilaku tidak aman dan provokatifnya di Laut China Selatan. Seruan itu disampaikan setelah kapal penjaga pantai China mencegat kapal patroli Filipina dan hampir memicu tabrakan di wilayah perairan yang dipersengketakan tersebut.
“Kami menyerukan kepada Beijing untuk menghentikan perilaku provokatif dan tidak amannya,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller dalam sebuah pernyataan, Sabtu (29/4/2023).
Menurut Miller, apa yang dilakukan kapal penjaga pantai China terhadap kapal patroli Filipina di Laut China Selatan baru-baru ini merupakan bentuk pelecehan dan intimidasi. Dia menekankan, setiap serangan terhadap angkatan bersenjata Filipina oleh China akan memicu tanggapan AS.
Insiden tubrukan yang nyaris terjadi antara kapal penjaga pantai China dan kapal patroli Filipina berlangsung di lepas pantai Kepulauan Spartly pada Ahad (23/4/2023) lalu. Sejumlah awak media menyaksikan langsung kejadian tersebut karena mereka tengah diundang untuk mengikuti kegiatan patroli perairan menggunakan dua kapal penjaga pantai Filipina.
Kapal Filipina mendekati Second Thomas Shoal, yang oleh China disebut sebagai Ren'ai Jiao, di Kepulauan Spratly. Saat satu perahu yang membawa wartawan Filipina, BRP Malapascua, mendekati dangkalan, sebuah kapal Penjaga Pantai China dengan ukuran lebih dari dua kali lipat berlayar ke jalurnya.
Perwira komandan Malapascua mengatakan, kapal China itu datang dalam jarak 45 meter dari kapalnya. Dia menyebut hanya tindakan cepatnya yang menghindarkan dua kapal berlambung baja itu saling bertabrakan.
Pada Jumat (28/4/2023) lalu, Kementerian Luar Negeri China mengatakan, kapal-kapal Filipina telah “menyusup” tanpa izin ke wilayah perairannya. Beijing menyebut tindakan kapal Filipina provokatif.
Sementara itu, Filipina mengeklaim bahwa kapalnya melakukan patroli rutin di wilayah perairan sendiri. Manila menegaskan akan terus melaksanakan patroli rutin perairan.
Insiden nyaris bertubrukannya kapal penjaga pantai China dan kapal patroli China terjadi hanya sehari setelah Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menjamu Menteri Luar Negeri China Qin Gang. Keduanya bertemu untuk meredakan ketegangan di Laut China Selatan.
Marcos Jr telah menegaskan, dia tidak akan membiarkan China menginjak-injak hak negaranya di laut. Itu menjadi sebuah sinyal bahwa Marcos Jr menolak menerima klaim kedaulatan Beijing atas Laut China Selatan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement