Suriah Kembali Eksis di Liga Arab, Banyak Pihak Ucapkan Selamat
Liga Arab pada Minggu (7/5/2023) sepakat untuk mengembalikan keanggotaan Suriah dalam organisasi tersebut. Langkah ini diambil menjelang pertemuan puncak Liga Arab yang dijadwalkan berlangsung pada 19 Mei di Riyadh.
Keputusan tersebut diambil dalam pertemuan tertutup para diplomat tinggi kelompok tersebut di Kairo, yang dihadiri oleh perwakilan dari 13 dari 22 negara anggota. Semuanya mendukung langkah tersebut.
Baca Juga: Selamat! Negara Arab Terima Kembali Suriah ke Liga Arab, Bashar al-Assad Full Senyum
Suriah dibekukan dari Liga Arab pada tahun 2011 setelah kerusuhan sipil di negara tersebut, yang merupakan bagian dari gejolak Musim Semi Arab yang lebih luas di wilayah tersebut dan pada akhirnya memicu perang saudara di negara tersebut.
Sebagian besar negara-negara Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Damaskus pada saat itu, dan beberapa di antaranya secara terbuka mendukung berbagai penentang Presiden Suriah Bashar Assad.
Selama tahun-tahun perang, berbagai pemberontak muncul di negara ini, mulai dari apa yang disebut sebagai "oposisi moderat", yang didukung oleh berbagai aktor asing, hingga teroris yang diakui secara internasional, termasuk Negara Islam (Islamic State/IS).
Namun, Damaskus berhasil menumpas sebagian besar pemberontak tersebut dan mendapatkan kembali kendali atas wilayah-wilayah yang paling padat penduduknya dengan bantuan sekutu-sekutu utama Suriah, yaitu Rusia dan Iran.
Militan yang didukung Turki saat ini menguasai beberapa wilayah di Suriah utara, sementara milisi Kurdi yang didukung AS menguasai wilayah timur laut negara itu, dan sebagian besar sumur minyaknya masih berada di bawah kendali militer AS.
Awal pekan ini, para menteri luar negeri Suriah, Arab Saudi, Yordania, Mesir, dan Irak mengadakan pertemuan di Amman dimana mereka mengadopsi sebuah pernyataan bersama yang menyerukan untuk "mengakhiri kehadiran organisasi-organisasi teroris" dan juga "kelompok-kelompok bersenjata" di wilayah Suriah.
Mereka juga menyerukan penghentian "campur tangan asing dalam urusan dalam negeri Suriah" dan berjanji untuk "mendukung Suriah dan lembaga-lembaganya untuk membangun kontrol atas semua wilayahnya dan memberlakukan supremasi hukum."
Dalam beberapa minggu terakhir, muncul indikasi-indikasi yang menunjukkan bahwa konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun di kawasan ini, termasuk permusuhan di Suriah dan Yaman, mungkin akan segera berakhir berkat usaha-usaha diplomasi yang terus menerus dilakukan oleh berbagai pihak.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad melakukan kunjungan terobosan ke Arab Saudi, yang dulunya merupakan pendukung utama militan anti-pemerintah di negara tersebut. Setelah kunjungan tersebut, Riyadh secara terbuka mendukung persatuan dan kesatuan Suriah dan mendukung solusi politik untuk perang yang telah berlangsung selama 12 tahun.
Perkembangan ini didahului oleh kesepakatan yang dimediasi oleh China antara Arab Saudi dan Iran untuk menormalkan hubungan, sebuah tonggak sejarah yang tampaknya berkontribusi pada pemulihan hubungan Suriah, serta memfasilitasi perundingan perdamaian untuk mengakhiri konflik delapan tahun di Yaman, yang sebagian besar dipicu oleh persaingan antara Teheran dan Riyadh.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement