PPP Dukung Ganjar Pranowo, Hasan Nasbi: Mereka Tak Punya Privilese untuk Ajukan Cawapres kepada PDIP
Usai secara resmi diumumkan sebagai calon presiden (Capres) oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pada Jumat (21/4/2023) lalu, Ganjar Pranowo mulai menerima dukungan dari partai lain, salah satunya adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Banyak pengamat yang menduga bahwa langkah PPP untuk berkoalisi dengan PDIP karena PPP sudah mengusulkan nama calon wakil presiden (Cawapres) yang akan disandingkan dengan Ganjar Pranowo.
Menanggapi hal tersebut, pendiri lembaga survei Cyrus Network sekaligus pengamat politik Hasan Nasbi mengatakan bahwa sebenarnya PPP berkoalisi dengan PDIP karena tidak punya privilese dalam mencalonkan wakil presiden di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Baca Juga: Tim Pemenangan Sebut Anies Baswedan Calon Presiden yang Paling Banyak Difitnah
Selain itu, ia menyatakan bahwa PPP hanya berfungsi untuk sebagai penggenap ambang batas kursi pemilihan saja.
“Kalau PPP itu kan partai parlemen. Cuma kalau saya mengistilahkan PPP pun cuma diambil pecinya dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Karena PPP bisa dibilang ada di dalam koalisi, tetapi enggak berasa. Kalau di KIB dia tidak punya privilese untuk mencalonkan wakil presiden. Juga tidak punya privilese untuk menggenapkan koalisi karena tanpa PPP pun KIB bisa lanjut,” kata Hasan Nasbi, dikutip dari kanal Youtube Total Politik pada Kamis (11/5/2023).
Ia menjelaskan bahwa PDIP hanya butuh PPP sebagai partai representatif Islam agar koalisi yang dibentuk tidak terlalu terlihat eksklusif.
“Kebutuhan PPP itu menurut saya adalah representasi supaya koalisinya tidak terlalu terkesan eksklusif, biar ada representasi Islam walaupun kecil. Tapi itu mungkin menguntungkan untuk PDIP karena akan minta macam-macam ke PPP,” ungkapnya.
Menurutnya, PPP tidak punya nilai tawar-menawar dalam mengusung calon wakil presiden karena jumlah kursinya yang jomplang dibandingkan dengan PDIP.
“PPP mungkin tidak bisa mencalonkan wakil presiden dengan PDIP karena size (jumlah kursinya) jauh. Kecuali kalau jumlah kursinya dekat-dekatan mungkin bisa negosiasi,” tuturnya.
Menanggapi isu Sandiaga Uno yang diduga akan diusung oleh PPP sebagai Cawapres Ganjar Pranowo, Hasan Nasbi mengatakan bahwa Sandiaga dipilih karena figurnya, bukan karena latarnya yang lekat dengan Nahdlatul Ulama (NU).
“Sandi bisa saja dipilih sebagai calon wakil presiden tetapi bukan karena diangkut oleh PPP. Kalau pun dia dipilih sebagai calon wakil, itu karena Sandi-nya sendiri. Nanti dibutuhkan figur dan persona dari Sandi dan hal-hal yang menjadi kelebihan Sandi. Kalau misalkan itu terjadi, nanti Sandi akan dihijaukan (dilekatkan dengan Nahdlatul Ulama). Sandi bisa saja aktif di organisasi lain tetapi kan dia tidak hijau,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa Cawapres Ganjar Pranowo akan dipilih dari kalangan NU, yang kemungkinan tidak akan terlalu mencampuri urusan Ganjar sebagai presiden.
“Kalau kita mau jujur-jujuran Ganjar itu lebih hijau daripada Sandi. Kalau enggak pilihan Cawapresnya pilih saja kyai-kyai senior yang secara politik mungkin dibutuhkan sebagai perekat umat, tetapi kalau di dalam politik tidak terlalu mencampuri pemerintahan nanti,” tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement