Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

PDIP ‘Mesra’ dengan NU saat Pilpres, Panda Nababan: Mereka Berdua Saling Membutuhkan

PDIP ‘Mesra’ dengan NU saat Pilpres, Panda Nababan: Mereka Berdua Saling Membutuhkan Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Depok -

Usai Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengumunkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (Capres) pada Jumat (21/4/2023), banyak pengamat politik yang yakin bahwa Capres PDIP itu akan dipasangkan dengan calon wakil presiden (Cawapres) dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU).

Asumsi ini diperkuat dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang memutuskan untuk berkoalisi dengan PDIP dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Sebelumnya, nama-nama tokoh NU yang kemungkinan besar akan menjadi Cawapres Ganjar Pranowo adalah KH Said Aqil Siradj, Menkopolhukam Mahfud MD, Ketua PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, hingga Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Baca Juga: Koalisi Nasionalis-NU Sering Dipakai saat Pilpres, Rizal Ramli: Hanya Sebatas Simbolisme Saja

Menanggapi hal tersebut, politikus senior PDIP Panda Nababan mengatakan bahwa PDIP dan NU merupakan dua kelompok yang saling membutuhkan. Hal ini dibuktikan dari perhelatan Pilpres-Pilpres sebelumnya.

“PDIP sama NU itu saling membutuhkan. Diakui atau tidak diakui, NU itu punya pengaruh. Nah tinggal di kepengaruhan mereka itu, mereka berbuat apa. Ternyata pengaruh yang digarisbawahi itu mendukung Jokowi, dan menang dua kali,” kata Panda Nababan, dikutip dari kanal Youtube Total Politik pada Senin (15/5/2023).

Ia mengatakan bahwa secara personal, Megawati memang mesra dengan kelompok religus, khususnya NU.

“Megawati kan datang dari keluarga yang dapat dikatakan agamais, kan waktu itu Muhammadiyah. Dengan NU pergaulannya dengan Gus Dur itu juga intensif sekali, kayak kakak-adik betul,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia membantah bahwa koalisi PDIP dan NU dilatarbelakangi oleh faktor historis ketika PNI berkoalisi dengan NU pada Pemilu 1955. Menurutnya, kualifikasi dalam Cawapres Ganjar Pranowo pastinya didasarkan oleh aspek saling membutuhkan saja.

“Kebetulan saya saling membutuhkan. PDIP membutuhkan kehadiran seperti PPP dan PPP membutuhkan kehadiran PDIP, itu saja. Maka satu-satunya yang paling berkoalisi kan baru dua ini, yang lainnya belum ada jaminan,” tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: