- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Kebutuhan Energi Migas Terus Meningkat, Pertamina Hulu Energi Siapkan Tiga Strategi
Direktur Eksplorasi Pertamina Hulu Energi Muharram Jaya Penguriseng menyebut bahwa kebutuhan energi minyak dan gas (Migas) terus meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional, pada tahun 2050 kebutuhan energi secara nasional mencapai sekitar 1.000 MTOE dengan presentase 44% berasal dari minyak dan gas, sehingga ada sekitar 440 MTOE yang harus dipenuhi.
Guna mengantisipasi meningkatnya kebutuhan energi Migas tersebut, Muharram mengatakan PHE memiliki tiga strategi utama, salah satunya adalah area yang sustain atau untuk area yang sudah mature (existing asset) akan terus dilakukan eksplorasi dengan konsep eksplorasi yang baru dan teknologi baru.
Baca Juga: Bidik 100 Lebih Pengeboran Sumur hingga 2025, SKK Migas: Butuh Investasi Rp45 Triliun
"Kedua adalah kategori growth, di mana Pertamina aktif di open area karena memiliki peluang mendapatkan big fish, tentunya dengan risiko yang besar dan biaya yang besar," ujar Muharram dalam diskusi dengan media, Rabu (17/5/2023).
Muharram mengatakan, strategi ketiga adalah melakukan kemitraan, yang dalam pelaksanannya tidak hanya berbagi investasi, tetapi juga berbagi pengetahuan untuk menghasilkan hasil terbaik.
Lanjutnya, saat ini potensi Migas di Indonesia masih menjanjikan. Saat ini cekungan Migas yang sudah disentuh sebesar 20%, yaitu sudah punya lisensi yang sudah dibor lebih kecil lagi presentasenya. Sedangkan, yang belum disentuh ada 80%, sehingga secara peluang masih menarik.
Muharram menyampaikan bahwa tahun 2021 success ratio (SR) pengeboran oleh Pertamina sebesar 36%, tahun 2022 SR meningkat menjadi 64,7% dan hingga Mei 2023 berhasil mencapai SR 100%.
"Temuan sumber daya pun berhasil ditemukan dalam beberapa pengeboran antara lain sumur GQX, Manpatu 1-X, dan WLL-001," ujarnya.
Lebih lanjut, upaya agresif Pertamina Hulu Energi dalam melakukan aktivitas eksplorasi tidak terlepas dari tantangan yang harus dihadapi, di antaranya perizinan dan pengadaan lahan; pengadaan, ketersediaan, dan kesiapan rig; serta hal-hal yang terkait dengan teknis operasional dan subsurface.
"Hambatan tentu selalu ada dan itu menjadi dinamika yang mesti dihadapi. Untuk menyelesaikan tantangan tersebut, kami melakukan akselerasi perizinan dan pembebasan lahan, farm in, dan kontrak bersama, prioritisasi rig untuk sumur eksplorasi, penambahan data dan quality assurance," ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Advertisement