Kredit Foto: Ist
Anggota Komisi XII DPR RI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Sartono Hutomo menilai penerapan teknologi modern oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dalam pengelolaan sumur migas mature menjadi bukti meningkatnya keandalan sumber daya manusia (SDM) perusahaan tersebut. Penilaian itu disampaikan menyusul konsistensi PHE memanfaatkan teknologi untuk menjaga produksi migas nasional di tengah tantangan lapangan yang semakin kompleks.
Menurut Sartono, pemanfaatan teknologi pada sumur mature menunjukkan kemampuan teknis SDM PHE dalam mengelola lapangan yang secara alami telah berada pada fase penurunan produksi.
“Ini menunjukkan SDM PHE mampu mengelola sumur-sumur mature dengan teknologi modern, mulai dari work over, perawatan sumur, hingga EOR. Ini bukti bahwa SDM PHE makin andal, matang secara teknis,” kata Sartono kepada wartawan, Jakarta, Selasa (16/12/2025).
Baca Juga: PHE Kuasai Produksi Migas, Ketahanan Energi Dinilai Menguat
Ia menekankan bahwa penggunaan teknologi tetap harus disertai perhitungan yang cermat. Menurutnya, tidak semua sumur dapat dipaksakan menghasilkan produksi tinggi karena memiliki batas alamiah. “Tidak semua sumur bisa dipaksa menghasilkan minyak besar. Ada batas alamiahnya,” ujarnya.
Sartono menilai upaya PHE tersebut berkontribusi terhadap penguatan ketahanan energi nasional, terutama dalam menahan laju impor minyak. Dengan produksi minyak nasional yang berada di atas setengah juta barel per hari, optimalisasi sumur mature dinilai memberi dampak langsung pada pasokan energi domestik.
“Produksi lebih dari setengah juta barel per hari jelas membantu menahan laju impor dan menjaga pasokan energi nasional,” kata Sartono.
Meski demikian, ia berharap PHE tidak hanya mengandalkan sumur eksisting. Legislator itu mendorong Pertamina untuk terus menemukan cadangan baru sekaligus menjaga kesinambungan investasi teknologi agar produksi migas nasional tetap terjaga dalam jangka panjang.
Pandangan serupa disampaikan pakar eksplorasi geofisika dari Institut Teknologi Bandung, Wawan Gunawan A. Kadir, yang mengapresiasi pendekatan komprehensif PHE dalam mengelola sumur mature. Menurutnya, lapangan mature umumnya hanya mampu menghasilkan sekitar 35–45% minyak secara alami, sementara sisanya membutuhkan penerapan teknologi untuk meningkatkan perolehan produksi.
“Setelah itu, rata-rata 60% membutuhkan teknologi untuk meng-improve supaya produksi sumur-sumur mature terus naik,” ujar Wawan.
Baca Juga: Jelang Akhir 2025, PHE Proyeksikan Tambahan Lifting 25,5 Juta Barel
Ia menjelaskan bahwa sumur mature berbeda dengan sumur tua yang telah idle. Sumur mature masih berproduksi, namun berada pada titik di mana kenaikan produksi hampir tidak mungkin tercapai tanpa intervensi teknologi. Karena itu, penerapan metode konvensional yang dikombinasikan dengan teknologi modern menjadi kunci agar produksi tidak berhenti atau mengalami penurunan tajam.
“Kalau tidak diaplikasikan teknologi, produksinya akan mentok, lalu turun. Itu sudah sampai puncaknya,” kata Wawan.
Menurutnya, keberhasilan PHE dalam mengelola kompleksitas teknologi pada sumur mature menunjukkan penguasaan teknis dan manajerial yang baik. Ia optimistis, dengan pengelolaan lapangan yang terpelihara dan peningkatan produksi berkelanjutan, target produksi minyak nasional 1 juta barel per hari pada 2030 dapat didekati. “Kalau semua lapangan bisa terpelihara dan ditingkatkan produksinya, mestinya bisa tercapai,” ujarnya.
Sebelumnya, PHE sebagai subholding upstream Pertamina menegaskan komitmen menjaga ketahanan energi nasional melalui strategi inovatif dan penerapan teknologi terkini dalam pengelolaan lapangan migas mature.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement