Pada saat Bank Syariah Indonesia (BSI) tengah diterpa oleh gangguan layanan sistem perbankan (error) karena diduga telah terkena serangan siber, di waktu yang bersamaan Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan tengah mencari investor strategis untuk menggantikan posisi sejumlah BUMN yang berencana melepas sahamnya di Bank Syariah.
"Saya tidak memahami bagaimana wacana Erick Thohir tersebut muncul di saat ada gangguan sistem layanan BSI akibat serangan kelompok hacker lockbit," ujar Pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin, kepada awak media melalui pesan digital, Selasa (23/5/2023).
Baca Juga: Kasus Bjorka dan Ransomware BSI Jadi Bukti Kejahatan Siber Makin Marak di Indonesia?
Menurut Gunawan, pada dasarnya, wacana Erick untuk menjual saham BSI ke Arab bisa ditunda. Terlebih, saat terjadi serangan hacker yang membuat layanan perbankan BSI bermasalah untuk waktu yang lama.
Dan pada Selasa (16/5/2023), harga saham BSI yang memiliki kode BRIS diperdagangkan anjlok hingga menyentuh ARB di level 1.600 per lembar sahamnya.
"Saya menyarankan sebaiknya Menteri BUMN fokus terlebih dahulu pada pembenahan sistem layanan BSI. Selanjutnya, di tahun ini akan menjadi tonggak sejarah baru industri perbankan syariah nasional. Di mana bank umum konvensional yang memiliki unit usaha syariah (UUS) harus melakukan pemisahan atau spin off, sesuai amanat Undang-Undang No 21 Tahun 2008," imbau Gunawan.
Dia berujar, posisi BSI sendiri ke depan, khususnya dari sisi aset, masih berpeluang untuk menjadi Bank Syariah yang mampu bermain di level regional maupun internasional.
BSI ini masih berpeluang untuk menjadi Bank yang lebih besar dari posisi seperti saat ini. Setidaknya hal ini bisa terjadi kalau ada unit usaha bank syariah yang masih menyatu dengan induknya memilih untuk meleburkan diri dengan BSI.
Ada beberapa pilihan yang bisa diambil oleh pemilik bank unit usaha syariah nantinya. Tetapi, kesempatan BSI untuk mencaplok sejumlah unit usaha syariah terbuka lebar.
BSI memiliki peluang untuk menjadi Bank yang lebih besar dari saat ini sehingga Gunawan menyarankan Menteri BUMN sebaiknya melakukan pembenahan terlebih dahulu, khususnya fokus terhadap pembenahan dan penyempurnaan IT BSI.
"Memang pada dasarnya mencari investor asing untuk BSI ini bisa memuluskan BSI untuk mendapatkan tempat dalam kancah perbankan syariah global. Ada investor yang memiliki hubungan emosional yang kuat dengan Bank Syariah terlebih jika didatangkan dari Negara Arab. Tetapi, menurut hemat saya urgensinya ada terletak pada bagaimana kita memperbaiki citra BSI terlebih dahulu. Dalam kondisi sekarang, Erick Thohir harus tunda jual saham BSI," tegas Gunawan.
Dia juga mengatakan, jika ada Bank BUMN yang menjadi pemodal, BSI berniat melepaskan kepemilikan sahamnya. Hal ini berarti pemerintah sebagai pemegang saham pengendali bisa melakukan penundaan terlebih dahulu.
Baca Juga: Heboh BSI Error, Menkeu Sri Mulyani: OJK Sudah Lapor ke KSSK
Apalagi, saat ini harga saham BSI berada dalam tekanan bahkan sempat ARB. Gunawan menilai sangat disayangkan jika saham ini dilepas (dijual) sekarang dengan harga yang lebih murah atau diskon.
"Akan lebih baik jika BSI kembali diperkuat, sehingga kapitalisasi pasarnya meningkat, dan tentunya harga saham BSI bisa lebih baik dari posisi yang sekarang. Karena bicara BSI saat ini bukanlah hanya sekedar bicara bisnis semata. Tetapi bicara Bank Syariah di Tanah Air saat ini ibarat kita membicarakan identitas bangsa Indonesia khususnya masyarakat muslim di Tanah Air. Tapi kalau jual saham bisa membuat kondisi BSI makin buruk," pungkas Gunawan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait:
Advertisement